Pencopotan Irjen Pol Rudy Sufahriadi, kata dia, merupakan hal yang biasa dilakukan dalam proses evaluasi di tubuh Polri. Maka dari itu, ia meminta Irjen Pol Ahmad Dofiri yang bakal menjabat Kapolda Jawa Barat harus bisa mengantisipasi ancaman pelanggaran protokol kesehatan seperti yang terjadi di Megamendung, Bogor, beberapa waktu lalu.
"Jadi itu dievaluasi oleh pimpinan Polri, dan kalaupun harus diganti, ya memang harus ada yang dievaluasi," kata Muradi saat dihubungi di Bandung, Senin.
Kapolri saat ini telah mencopot dua kapolda yakni, Kapolda Jawa Barat dan Kapolda Metro Jaya, imbas dari adanya kerumunan dalam kegiatan Rizieq Shihab di Bogor dan di Jakarta. Polri menyatakan bahwa pencopotan itu merupakan sanksi karena penegakan protokol kesehatan kurang tegas.
Muradi juga berpendapat sama karena kerumunan yang terjadi seolah-olah difasilitasi oleh aparat kepolisian setempat. Meski kegiatan berjalan aman dan tertib, namun protokol kesehatan akhirnya menjadi terabaikan.
Sehingga langkah preventif dan represif terhadap pelanggar protokol kesehatan harus dilakukan dengan tegas meski tidak perlu dibawa ke ranah hukum.
"Jadi berani untuk berkreasi dalam penanganan keamanan dalam negeri, termasuk COVID-19 di dalamnya, bukan hanya penegakan hukum, tapi hal lainnya," kata dia.
"Kalau sekadar aman saja kan gak ada masalah, di Megamendung kan aman, tapi yang dievaluasi bukan keamanannya, tapi protokol kesehatan-nya. Itu yang saya kira perlu digarisbawahi. Kota Bogor juga aman, tapi publik gak nyaman," ujarnya.
Dia meyakini Ahmad Dofiri bisa mengambil langkah yang lebih kreatif dalam penanganan COVID-19 secara antisipatif di Jawa Barat. Karena Ahmad Dofiri yang berasal dari Indramayu dinilai dapat memahami kultur Jawa Barat.
"Dofiri juga kan peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik) kan katanya, jadi relatif baik lah. Tapi gak nyamannya dia mengganti orang yang dicopot, itu saja yang nggak nyamannya, kan jadi nggak enak sama yang senior, perasaan itu pasti ada," ucap dia.
Dia meyakini Ahmad Dofiri bisa mengambil langkah yang lebih kreatif dalam penanganan COVID-19 secara antisipatif di Jawa Barat. Karena Ahmad Dofiri yang berasal dari Indramayu dinilai dapat memahami kultur Jawa Barat.
"Dofiri juga kan peraih Adhi Makayasa (lulusan terbaik) kan katanya, jadi relatif baik lah. Tapi gak nyamannya dia mengganti orang yang dicopot, itu saja yang nggak nyamannya, kan jadi nggak enak sama yang senior, perasaan itu pasti ada," ucap dia.