Bandung, 9/3 (ANTARA) - Rumah Batik Komar, sebuah galeri di Bandung yang memegang rekor MURI untuk batik terpanjang, membuka "dapur" tempat produksinya untuk umum.
"Ini saya lakukan agar batik milik Indonesia tidak dicabut pengakuannya oleh Unesco karena menjaga kelestarian dan menggunakan batik adalah salah satu perjanjiannya," Kata Komarudin Kudiya, pemilik galeri itu, di Bandung, Selasa.
Menurut dia, para tamu yang datang ke rumah batik itu bisa melihat proses pembuatan batik dan belajar membuat batik karya mereka sendiri supaya lebih banyak orang yang mengenal dan mencintai ragam tekstil khas Indonesia itu.
Rumah batik yang berdiri sejak 1998 itu biasa menerima rombongan, mulai siswa taman kanak-kanak sampai pegawai kantoran.
Pangunjung bisa memilih paket yang disediakan oleh Komar. Harga yang ditawarkan Rumah Batik dari Rp 30.000 sampai Rp 400.000 sesuai dengan jenis kain dan lebar kain yang digunakan.
"Kita jadi bisa belajar membatik dan tahu apa aja bahannya. Selain itu saya juga jadi semakin menghargai batik karena ternyata membuat batik tidak mudah," kata Angely (12), siswa SDK Jati Trimulia Kebon Jati yang ditemui ketika sedang belajar membuat batik.
Setiap rombongan yang ke Rumah Batik Komar diajak belajar proses membatik, dari mulai mencanting, mencelup, sampai jadi sebuah sapu tangan batik. Mereka dibimbing para karyawan galeri itu.
Komar juga menyiapkan waktu untuk memberikan penjelasan kepada siswa dan menjawab pertanyaan mereka mengenai sejarah batik dan proses pembuatannya.
"Selain menumbuhkan rasa cinta akan budaya negeri sendiri, belajar langsung proses pembuatan batik ini akan menumbuhkan rasa bangga dan menghargai kain batik Indonesia," kata Ade Sri Rejeki, guru Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) SDK Trimulia.
Komar juga pernah mempelopori batik cap terpanjang di dunia yang dicatat oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). Ia juga masih terus berjuang untuk mengembangkan bergam motif batik dari Sabang sampai Merauke.
suci