Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat (Jabar) sekaligus Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar Ridwan Kamil melaporkan, pada periode 14 hingga 20 September 2020, terdapat beberapa perkembangan yang baik dalam penanganan COVID-19 di Jabar.
"Tingkat kematian akibat COVID-19 (case fatality rate) di Jabar menurun dan angka kesembuhan (recovery rate) pun meningkat," kata Kang Emil, saat mengikuti rapat koordinasi (rakor) bersama Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Republik Indonesia (RI) Luhut Binsar Pandjaitan melalui videoconference dari Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis.
Ia menjelaskan, sebelum ada koordinasi dari Menko Markes, tingkat kematian akibat COVID-19 di Jabar 2,4 persen, sekarang di angka 1,88 persen, sementara recovery rate sebelumnya di angka 53 persen, sekarang sudah membaik menjadi 59 persen.
“Kondisi ini tentu menjadi penyemangat bagi tim yang sekarang dikoordinasikan oleh Pak Menko,” lanjut Kang Emil dalam rakor yang juga dihadiri Kepala BNPB, Gubernur DKI Jakarta, Kapolda Jabar, Pangdam III/Siliwangi, dan para kepala daerah lain se-Jabodetabek ini.
Dari periode tersebut, ia mengungkapkan, terdapat tiga daerah Zona Merah (Risiko Tinggi) di Jabar, hanya satu dari wilayah Bodebek yakni Kota Bekasi, sementara dua lainnya adalah Kabupaten Karawang dan Kota Cirebon
Terkait pergerakan masyarakat, ia menjelaskan bahwa meski terdapat penurunan pergerakan di destinasi wisata dan hotel di Jabar imbas pengetatan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jakarta, pihaknya terus memantau pergerakan dan kepadatan untuk menghindari penyebaran COVID-19.
“Saya instruksikan kepada Kapolda dan Pangdam untuk melalukan kegiatan inspeksi pengurangan kepadatan di zona-zona tempat makan dan cafe,” ujar Kang Emil.
Ia pun menegaskan bahwa Gugus Tugas Jabar terus fokus memantau kawasan industri, termasuk mendorong perusahaan untuk melakukan pengetesan PCR secara mandiri terhadap karyawannya.
Dalam rakor tersebut, Kang Emil juga melaporkan kondisi 320 rumah sakit rujukan COVID-19 se-Jabar per 19 September 2020 dimana keterisian tempat tidur ruang isolasi Hijau (untuk pasien dengan gejala ringan) adalah 46,24 persen, Kuning (gejala sedang) sebesar 62,61 persen, dan Merah (gejala berat) sebesar 50,92 persen.
Sementara untuk keterisian IGD mencapai 19,04 persen dan ICU sebesar 39,59 persen.
Dari jumlah tersebut, 10 rumah sakit yang merawat terbanyak pasien COVID-19 didominasi oleh rumah sakit di wilayah Bodebek.
“Wilayah Bodebek menjadi paling banyak dalam menangani kasus COVID-19 sebesar 80 persen," kata Kang Emil.
Sementara itu, Menko Marves RI sekaligus Wakil Ketua Komite Kebijakan Pengendalian COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan mengimbau agar masyarakat tidak berkerumun di tempat makan dan cafe, khususnya di wilayah Jabodetabek.
Terkait dengan okupansi ICU di wilayah Jabodetabek, Luhut mengatakan kondisi terkini cukup tinggi yaitu sebesar 72,7 persen, beberapa wilayah memiliki angka kritis 80 persen termasuk Kota Depok.
“Untuk permasalahan tersebut nanti akan dibantu oleh Kemenkes melalui langkah-langkah yang tepat dalam menurunkan angka-angka tersebut menjadi sekitar 60 persen,” kata Luhut.
Baca juga: Pemprov Jabar intensif tingkatkan rasio pengetesan melalui uji usap PCR
Baca juga: Gubernur sebut tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di Jabar naik
Baca juga: Pemprov Jawa Barat gencarkan olahraga masyarakat guna tingkatkan imunitas