Jakarta (ANTARA) - ByteDance masih memegang saham mayoritas aplikasi berbagi video pendek TikTok dan tetap menjaga orisinalitas teknologinya di tengah spekulasi nasib perusahaan asal China itu terkait berbagai persoalan di Amerika Serikat.
Perusahaan teknologi internet yang berkantor pusat di Beijing itu dalam pernyataannya, Senin (21/9), menyatakan pihaknya tetap memegang 80 persen saham TikTok Global dan berencana menawarkan saham perdana (IPO) di AS.
TikTok Global merupakan perusahaan yang didirikan berdasarkan kesepakatan ByteDance bersama dengan dua mitranya dari AS, yakni Walmart dan Oracle.
Susunan direksi TikTok Global akan diduduki oleh pendiri ByteDance Zhang Yiming dan jajaran direksi yang sudah ada, termasuk juga CEO Walmart.
ByteDance menyatakan bahwa untuk bisa "listing" di AS, maka perusahaan tersebut harus bisa memenuhi syarat tata kelola perusahaan dan transparan.
Pernyataan tersebut untuk menanggapi rumor bahwa TikTok Global akan dimiliki oleh investor AS sebagai pemegang saham utama dan ByteDance akan kehilangan kendali atas aplikasi media sosial populer tersebut.
Pada saat yang sama, ByteDance tidak akan memindahkan algoritma sebagai tekonologi orisinalnya kepada Oracle yang akan bertindak sebagai partner teknologi terpercaya sesuai kesepakatan.
Sebaliknya, perusahaan database asal AS itu mendapatkan otoritas memeriksa kode keamanan TikTok di AS.
"Hal itu menjadi kelaziman yang dicapai bagi perusahaan multinasional yang menghadapi masalah keamanan data penduduk lokal di AS," demikian ByteDance dikutip media resmi China, Selasa pagi.
Menanggapi laporan media bahwa TikTok menyiapkan dana pendidikan sebesar 5 miliar dolar AS (Rp 75 triliun), ByteDance mengaku tidak mengetahui rencana tersebut.
Meskipun demikian, pihaknya berjanji akan mengabdikan diri untuk bidang pendidikan, termasuk bekerja sama dengan mitra dan pemegang saham dalam merancang kelas daring yang didukung oleh sarana kecerdasan buatan dan video.
Kesepakatan itu juga sesuai perintah AS agar China menjual kepemilikan saham TikTok yang telah memiliki 100 juta pengguna di AS daripada harus dilarang total beroperasi.
Kesepakatan yang melibatkan Oracle dan Walmart tersebut terjadi setelah Departemen Perdagangan AS menunda penutupan akses unduhan TikTok hingga Minggu (21/9).
"Saat banyak pihak yang menunggu klarifikasi, maka terlalu dini untuk melihat kesepakatan akhir yang disetujui para pihak," kata Direktur Penelitian Tata Kelola Dunia Maya Global di Universitas Fudan di Shanghai, Prof Shen Yi.
Baca juga: China siapkan balasan ke AS atas larangan TikTok dan WeChat
Baca juga: AS resmi larang TikTok dan WeChat ada di toko aplikasi mulai akhir pekan ini
Baca juga: TikTok masih pertimbangkan adanya monetisasi konten
ByteDance masih pegang saham mayoritas TikTok Global, siapkan IPO di AS
Selasa, 22 September 2020 8:44 WIB