Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam untuk kombatan akan mulai terbang pada Januari 2021.
Dalam peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25, Menristek Bambang mengatakan pesawat itu telah mendapatkan Sertifikat Tipe dari Indonesia Military Airworthiness Authority (IMAA).
"Hasil pengembangan akan diproduksi oleh PT DI (Dirgantara Indonesia) dengan target penerbangan atau first flight bulan Januari 2021," kata Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam acara Peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25 yang ditayangkan dalam jaringan, Jakarta, Senin.
Sebagai upaya kemandirian teknologi pertahanan nasional, Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) jenis Medium Altitude Long Endurance (MALE) Elang Hitam yang berkemampuan terbang selama 24 jam akan dilengkapi dengan senjata hasil produksi PT Dirgantara Indonesia.
Pesawat itu merupakan hasil konsorsium Kemristek/BRIN dan Kemhan (Kementerian Pertahanan) yang dipimpin oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
PUNA MALE Kombatan memiliki kemampuan terbang selama 24 jam dan berfungsi dalam sistem pertahanan maritim sebagai penginderaan, pemantauan, pengawasan, pengintaian dan intelijen (P4I), serta penindakan terhadap ancaman maritim.
Empat dari 49 Prioritas Riset Nasional yang telah dikembangkan oleh Kemristek/BRIN dan dalam proses masuk ke dalam Proyek Strategis Nasional, yaitu Katalis Merah Putih, Garam Industri Terintegrasi, PUNA MALE Kombatan, dan Pesawat N219A.
Untuk mendukung program Tol Laut, Kemristek/BRIN mengembangkan pesawat angkut berjenis amphibi N219A dengan teknologi composite (smart, light, and green technology).
Pesawat N219A memiliki komponen desain bentuk float yang optimum untuk perairan di Indonesia.
Pesawat tersebut difungsikan untuk berbagai keperluan seperti pesawat penumpang, kargo, pesawat sewa untuk industri lepas pantai, pencarian dan penyelamatan, bencana, hingga pelayanan kesehatan atau ambulans udara.
Sebagai upaya mendukung kemandirian energi nasional, Katalis Merah Putih merupakan teknologi untuk mengolah minyak sawit menjadi bensin, solar, maupun avtur untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar melalui peran Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat.
Kandungan bahan bakar fosil dapat digantikan oleh biohidrokarbon 100 persen dari minyak sawit dengan Katalis Merah Putih.
Dengan keberhasilan itu, Indonesia sudah mampu bila ingin meningkatkan produksinya dari B30 menjadi B30D10 atau bahkan B30D20. D adalah diesel biohidrokarbon.
Sebagai upaya swasembada garam nasional 2021 atau substitusi impor garam industri dan bahan baku obat, saat ini sudah dilakukan uji coba operasional pabrik garam industri terintegrasi di Manyar, Gresik di Provinsi Jawa Timur.
Pabrik garam tersebut mempunyai kapasitas 40.000 ton per tahun dan menghasilkan garam industri dengan harga 2-4 kali lipat lebih tinggi dari garam krosok yang relatif murah.
Pabrik itu dapat menyerap tenaga kerja 100 orang dan petani garam 400-800 orang.
"Dengan teknologi peningkatan garam rakyat berkadar NaCl kurang dari 90 persen menjadi garam industri berkadar lebih dari 97 persen," ujar Menristek Bambang.
Pabrik tersebut sudah menerapkan Internet of Things dan direncanakan akan diresmikan pada September 2020.
Pabrik garam industri itu akan terintegrasi dengan pabrik pengolahan hasil samping produksi dan limbah cair penggaraman dengan kapasitas 10 ribu liter per tahun sehingga dapat menghasilkan produk bahan baku obat atau farmasi dan minuman isotonik.
Baca juga: Pesawat Nirawak MALE BPPT Diuji Coba 2019
Baca juga: Drone BPPT Sukses Terbang Selama Tujuh Jam
Baca juga: Proyek pesawat R80 dan N245 dihapus dari PSN diganti dengan "drone"
Pesawat nirawak Elang Hitam mulai terbang Januari 2021
Senin, 10 Agustus 2020 15:06 WIB