Jakarta (ANTARA) - Pakar penyakit saluran pernapasan asal China Prof. Zhong Nanshan mengemukakan bahwa virus corona jenis baru atau COVID-19 sudah ada sejak lama, namun dia heran kenapa tidak menjadi perhatian manusia.
Penampakan virus corona jenis baru di air selokan yang ditemukan di Italia dan beberapa negara di Eropa menjadi bukti kuat bahwa virus itu sudah lama ada bahkan sebelum manusia menyadarinya, kata Zhong saat membagikan pengalamannya kepada para pakar kesehatan China-Qatar melalui saluran video, Rabu (8/7).
Pernyataan tersebut dikemukakan supervisor penanganan krisis COVID-19 di Wuhan itu setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengirimkan para pakar ke China untuk melacak asal-mula virus yang menyerang saluran pernapasan.
Para pakar WHO berkunjung ke China untuk mengidentifikasi zoonosis (penyakit pada binatang yang dapat ditularkan kepada manusia) atas persetujuan pemerintah China.
Melacak asal-usul virus merupakan bidang ilmu pengetahuan yang seharusnya bisa dipelajari oleh para ilmuwan melalui penelitian internasional dan kerja sama global.
Hal ini juga menjadi pandangan WHO bahwa proses yang berlangsung ini mungkin menyangkut banyak negara dan beberapa lokasi. Karena itu, WHO akan melakukan kunjungan serupa ke beberapa negara dan wilayah sesuai kebutuhan, demikian disampaikan juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Kamis.
Sampel air limbah yang diambil dari Milan dan Turin, Italia, pada Desember 2019 menunjukkan keberadaan virus tersebut sehingga memperjelas pendapat para ilmuwan bahwa virus telah lama ada sebelum pertama kali ditemukan di China, menurut laporan Global Times.
China pertama kali melaporkan kasus COVID-19 pada 31 Desember 2019, sedangkan Eropa melaporkan kasus pertamanya pada akhir Januari 2020.
Para peneliti di Spanyol juga menemukan penampakan virus pada air limbah di Barcelona pada Maret 2019 dan infeksi terlihat sebelum kasus COVID-19 di mana pun di muka bumi ini terjadi.
Para peneliti juga mendapati sinyal-sinyal keberadaan virus tersebut di Belanda, Prancis, Australia, dan negara-negara lain melalui sampel air limbah, demikian dilaporkan Reuters.
Baca juga: Ilmuwan Australia sukses lacak virus corona pada air limbah
Baca juga: PM Australia sebut kemungkinan besar corona bersumber dari pasar China