Solo (ANTARA) - Pakar Paru dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Reviono mengatakan penyemprotan disinfektan langsung pada tubuh manusia sangat berbahaya karena dapat mengganggu kesehatan.
"Bahan yang terkandung dalam disinfektan merupakan partikel berbahaya. Jika disinfektan tersebut langsung terhirup, bisa membuat peradangan pada saluran napas dan jika terkena mata akan terjadi iritasi," kata Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UNS tersebut di Solo, Jumat.
Ia mengatakan jika setiap hari disinfektan disemprot ke tubuh, otomatis ada akumulasi partikel berbahaya yang terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan, baik itu dari deterjen maupun alkohol.
Baca juga: Masuk Burangkeng, truk sampah wajib disemprot disinfektan cegah COVID-19
"Maka secara akumulasi akan terjadi kerusakan yang paling ringan yaitu bronkitis akut. Selain itu, bisa juga terjadi peradangan pneumonitis, jadi di alveoli ikut meradang atau terjadi kerusakan," katanya.
Oleh karena itu, ia menyarankan jika seseorang bepergian dari tempat yang disinyalir merupakan sumber infeksi seperti rumah sakit, ketika sampai di rumah harus langsung membersihkan diri termasuk ganti pakaian.
"Namun, jika bepergian biasa misalnya ke rumah teman atau saudara yang sehat, cukup cuci tangan dengan sabun sudah efektif untuk membunuh kuman, bakteri, dan virus di tangan," katanya.
Baca juga: Gunakan drone, Pemkot Bekasi semprot jalan protokol dengan disinfektan
Selain itu, ia menyarankan agar tetap menggunakan masker, jaga jarak, dan hindari kerumunan terlebih dahulu.
Mengenai penyemprotan disinfektan di jalan-jalan, ia menilai hanya efisien dilakukan di daerah-daerah yang banyak dijumpai orang dalam pengawasan (ODP) COVID-19.
"Menurut saya, (untuk lokasi tanpa ODP) lebih efektif dengan mengelap ke permukaan benda yang sering disentuh, seperti daun pintu, pegangan tangga, pegangan lift, pegangan kursi karena penularan lewat benda-benda tersebut relatif tinggi," katanya.
Ia mengimbau agar masyarakat selalu menjaga kesehatan karena pertahanan tubuh bisa melawan virus, selanjutnya virus mati dengan sendirinya.
"Selama virus itu menular, virus akan hidup terus karena berpindah dari orang satu ke orang lain, maka perlunya jaga jarak serta hindari kerumunan untuk memutus penyebaran COVID-19, minimal jarak satu meter supaya kalau ada virus tidak melompat. Kalau sedang batuk pakai masker, hindari salaman, dan ikuti anjuran dari pemerintah lainnya," katanya.
Baca juga: Jalan protokol di Bekasi disemprot 12.000 liter disinfektan