Bogor (ANTARA) - Balai Diklat Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BDLHK) Bogor bersama para penyuluh kehutanan dan masyarakat yang tergabung dalam kelompok tani hutan (KTH) tetap bekerja secara produktif dan memanen hasil tanamannya, meskipun harus waspada pada situasi pandemi COVID-19 saat ini.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM (BP2SDM) KLHK, Helmi Basalamah, melalui pernyataan tertulisnya, di Bogor, Kamis, mengatakan, pihaknya menyelenggarakan pelatihan kepada aparatur, non-aparatur, maupun masyarakat sekitar, melalui kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus hutan Diklat Rumpin.
"Jadi masyarakat anggota KTH tetap bekerja produktif meskipun harus waspada dan tetap mengikuti kebijakan dan arahan dari pemerintah,” katanya.
Baca juga: Garut mulai panen jagung untuk memasok kebutuhan pasar Jabar
Kegiatan anggota KTH adalah berladang tumpang sari pada lahan tanaman kehutanan, dengan menanam tanaman sela yakni sereh wangi, serta hortikultura seperti jagung, kacang tanah, umbi-umbian, dan empon-empon.
Menurut Helmi, wujud kepedulian terhadap masyarakat sekitar dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan KTH mitra BDLHK Bogor yaitu KTH Babakan Setu beranggota 25 orang, KTH Lio Maju 24 orang, KTH Lebak Sawo 25 orang, dan KTH Barokah Hijau 45 orang. Keempat KTH ini didampingi dua orang penyuluh kehutanan serta tiga orang tenaga bakti rimbawan.
Dari pemberdayaan masyarakat ini, menurut Helmi, ada hal yang menggembirakan yakni mampu membantu perekonomian masyarakat, karena tanaman tumpang sari dan sela yang ditanamnya sudah panen.
"Lahan yang digunakan meskipun tidak begitu luas dan baru dimanfaatkan selama setahun tapi sudah dua kali panen kacang tanah dan hasil panennya mencapai 8,5 ton. Harga kacang tanah sekitar Rp8.000 hingga Rp10.000/kg," katanya.
Baca juga: Sawah di Cibolang Cianjur terancam gagal panen akibat pergerakan tanah
Tanaman sereh wangi juga sudah panen sebanyak enam ton. "Tanaman sereh wangi ini bibitnya disediakan oleh perusahaan dan setelah panen dibeli oleh perusahaan tersebut dengan harga Rp5000/kg," katanya.
Tanaman jagung, pisang, umbi-umbian, kunyit, dan sebagainya juga dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan pangan dijual ke pasar.
"Pemberdayaan masyarakat dengan konsep 'leuweung hejo' ini memberikan manfaat untuk masyarakat sekaligus dapat menjaga lahan milik Balai Diklat KLHK," kata Helmi.
Baca juga: Kementerian Pertanian panen bunga krisan dataran rendah di Cianjur
Kelompok tani hutan Bogor panen empon-empon
Kamis, 2 April 2020 13:59 WIB