Jakarta (ANTARA) - Medical Officer dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk wilayah Indonesia Vinod Kumar Bura mengatakan Indonesia mampu mendeteksi virus novel corona 2019 dengan fasilitas yang memadai dan sesuai dengan standar WHO.
"Mereka baru saja menguji semua spesimen dari 60 kasus dalam beberapa minggu terakhir dan telah mengonfirmasi bahwa tidak satu pun dari kasus itu positif virus corona. Kami sepenuhnya yakin bahwa laboratorium ini mampu untuk mendeteksi virus novel corona ini," kata dia di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan usai mengunjungi fasilitas deteksi virus di kantor badan itu di Jakarta, Selasa.
WHO telah menyatakan wabah virus novel corona 2019 di China sebagai darurat kesehatan internasional sehingga mendorong semua negara untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan dan penyebaran virus tersebut.
Vinod menuturkan risiko terinfeksi virus novel corona di China dan negara-negara di luar China tergolong tinggi.
Hingga Senin (10/2) tercatat 1.016 orang telah tewas akibat wabah virus itu dan 42.638 orang yang positif terinfeksi virus corona di daratan China.
Menurut Vinod, Indonesia peduli dengan masalah virus novel corona tersebut dan meningkatkan kapasitas untuk penanganan deteksi virus itu, termasuk memiliki 100 rumah sakit rujukan untuk kasus infeksi penyakit baru, seperti virus corona di seluruh Indonesia.
Sebanyak 26 dari 100 rumah sakit tersebut, sudah memiliki sumber daya manusia yang lengkap, sudah melakukan simulasi penanganan penyakit emerging, dan total memiliki 52 ruang isolasi dengan 113 tempat tidur yang dikhususkan untuk penyakit emerging.
"Kami terus bekerja sama erat dengan pemerintah Indonesia untuk memantau situasi," ujar dia.
Kepala Balitbangkes Kementerian Kesehatan Siswanto mengatakan metode pemeriksaan virus novel corona sesuai dengan standar WHO. WHO menetapkan untuk uji konfirmasi laboratorium terkait dengan virus corona melalui dua kali pengujian sampel.
Sebanyak empat tahapan yang dilakukan dalam mendeteksi virus corona, yakni menemukan "suspect" (terduga) yang benar, mengambil spesimen, mentransfer spesimen tersebut melalui "viral transport medium", hingga melakukan polymerase chain reaction (PCR) menggunakan mesin PCR dengan benar.
Laboratorium untuk deteksi virus itu dilengkapi dengan peralatan memadai dan tenaga ahli yang terampil. Fasilitas laboratorium rujukan nasional penyakit infeksi emerging Balitbangkes memiliki alat dan kemampuan untuk melakukan, antara lain kultur, serologis, reaksi berantai polimerase (polymerase chain reaction/PCR), sekuensing sanger dan sekuensing next generation, flowcitometri dan mikroskop fluorescens.
Fasilitas tersebut mempunyai tingkat keselamatan untuk penanganan agen biologi atau biosafety level 2 dan 3 serta biorepository.
Siswanto mengatakan laboratorium bisa melakukan pengujian spesimen dengan menggunakan mesin PCR dari materi genetik yang terdapat di spesimen yakni RNA.
Balitbangkes memainkan peranan melakukan uji konfirmasi lab untuk mendeteksi virus, sedangkan hasil pengujian laboratorium diserahkan kepada Kementerian Kesehatan.
"Kita adalah rujukan nasional untuk penyakit new emerging dan reemerging. New emerging adalah penyakit baru muncul dan belum muncul sebelumnya dan menyerang manusia," tuturnya.
Baca juga: Kemenkes: Enam WNI dari Singapura di Batam bukan suspect virus corona
Baca juga: Kota Sukabumi tingkatkan kewaspadaan penyebaran virus corona