Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menilai remaja bernama Aura Cinta yang berdebat dengannya soal penghapusan wisuda, adalah sosok yang berani dan ikhlas, meski banyak yang menyebut remaja tersebut merupakan settingan.
"Saya mah tidak berprasangka baik dan tidak berprasangka buruk. Saya berprasangka baik, anak itu pintar dan berani sehingga mau menyampaikan di depan gubernur. Saya juga menganggap anak itu ikhlas," kata Dedi dikutip di Bandung, Selasa.
Meski menganggap Aura Cinta pintar, berani dan ikhlas, Dedi menekankan bahwa tugas gubernur dalam hal perdebatan seperti yang terlihat di rekaman video, adalah untuk mengarahkan agar argumentasinya memiliki dasar hukum yang kuat.
"Pendapatnya bukan hanya dirinya sendiri. Orang tuanya boleh wisuda, orang tuanya boleh perpisahan. Cuma Rp1 juta doang itu bagi keluarga mereka. Tapi bagi keluarga yang lain itu sangat berat," ujar Dedi.
Terkait wisuda, Dedi menegaskan untuk sekolah tingkat TK, SD, SMP dan SMA tidak boleh ada wisuda, dan perpisahan diharap diselenggarakan secara sederhana di sekolah.
"Sudah kenaikan kelas, kenaikan kelas, kelulusan, kelulusan. Perpisahan selenggarakan secara sederhana di sekolah," katanya.
Dia mencontohkan, dalam acara perpisahan, para siswa bisa diarahkan untuk bermain teater, bermain musik, mengingat juga ada pendidikan seni di sekolahnya dan bisa ditonton serta menghibur para siswa lainnya di sekolah tersebut.
"(Jadi) Tidak usah lagi panggil band yang Rp200 juta ke sekolah. Nanti korbannya orang tuanya, termasuk pinjam Bank Emok (rentenir). Itu kan yang terjadi," tutur Dedi.
Nama Aura Cinta menjadi perhatian setelah ia muncul di channel YouTube Dedi Mulyadi. Remaja perempuan itu viral karena berani mengkritik sang Gubernur Jawa Barat dengan menanggapi kebijakan soal perpisahan atau wisuda anak sekolah yang tak perlu dilakukan.
Menurut Aura Cinta wisuda adalah hal yang penting untuk merayakan momen kelulusan. Ia pun berpesan agar wisuda tidak dihapus karena tidak semua orang akan menerimanya.