Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 20 organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan membentuk Lembaga Persahabatan Ormas Keagamaan (LPOK) yang diketuai Kiai Haji Said Aqil Siroj yang juga Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Pengukuhan pengurus LPOK berlangsung di Kantor Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Jakarta, Sabtu, dihadiri para pengurus ormas dan pejabat terkait.
Ke-20 ormas keagamaan itu, yakni NU, Persis, Al Irsyad al Islamiyah, Ittihadiyah, Perti, Mathlaul Anwar (MA), Az Zikra, Ikadi, PITI, Syarikat Islam Indonesia, Al Washliyah, Persatuan Umat Islam, HBMI, dan Nahdlatul Wathan.
Berikutnya, PGI, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), dan Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin).
Ketua Umum LPOK K.H. Said Aqil Siroj menjelaskan keberadaan organisasi tersebut merupakan wadah persaudaraan antarormas keagamaan, baik Islam maupun non-Islam.
"Ada 14 organisasi Islam dengan organisasi di luar Islam, seperti PGI, KWI, Hindu, Buddha, dan Khonghucu," katanya.
Namun, kata Said, tidak menutup kemungkinan ormas keagamaan yang bergabung akan bertambah karena LPOK sangat terbuka.
"Yang mau silakan. Baik di LPOI (Lembaga Persahabayan Ormas Islam) yang Islam maupun LPOK, terbuka," katanya.
Menurut dia, kehadiran LPOK ingin memperkuat budaya Indonesia, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta solidaritas sebagai bangsa.
"Bukan sekadar toleransi, melainkan saling tolong-menolong, bergandengan tangan, gotong royong sebagaimana yang kita harapkan," katanya.
Sementara itu, Sekretaris Umum LPOK Luthfi A. Tamimi mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai upaya-upaya memecah belah pemeluk agama di Indonesia oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Luthfi menambahkan bahwa organisasi tersebut siap menampung aspirasi, memfasilitasi, dan membantu menyelesaikan persoalan terkait dengan hubungan antaragama.
Baca juga: PBNU instruksikan Nahdliyin ziarah kubur sambut Hari Santri
Baca juga: Ketua PBNU: Paham dan gerakan radikalisme di Indonesia sudah darurat