Cirebon (Antaranews Jabar) - Perayaan Cap Go Meh menjadi simbol toleransi dan keragaman masyarakat serta menjadi daya tarik wisata Kota Cirebon.
"Ini (perayaan Cap Go Meh) merupakan simbol toleransi di Kota Cirebon, karena dalam kirab budaya tersebut tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghoa saja, namun juga warga lainnya," kata Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis di Cirebon, Selasa.
Menurutnya, selain menyimbolkan toleransi di Kota Cirebon, kirab budaya Cap Go Meh juga sebagai bentuk pelestarian budaya.
Karena dalam kirab budaya tersebut, kata Azis, tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghoa saja, namun juga warga pribumi. Ini menunjukkan tingkat kerukunan hidup bermasyarakat di Kota Cirebon sudah nyaman dan tidak ada masalah.
Sementara Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati menambahkan Cap Go Meh sudah masuk agenda pariwisata di Kota Cirebon.
"Kita harus terus mendukung dan mendorong adanya agenda pariwisata di Kota Cirebon ini," kata Eti.
Eti melanjutkan melalui kirab budaya Cap Go Meh juga menunjukkan saling menghargai dan menghormati keberagaman agama, tradisi, etnis dan budaya di Kota Cirebon.
"Ini aset yang kita punya. Harus kita jaga bersama-sama dan tunjukkan bahwa keberagaman di Kota Cirebon justru memberikan kesejahteraan untuk warganya," tuturnya.
Seorang budayawan Tionghoa Ian Siskarteja mengatakan pada kirab budaya Cap Go Meh tahun ini ada 15 tandu atau joli dan ini bertambah dari tahun kemarin yang hanya 14 joli.
"Dari jumlah tersebut sebanyak enam tandu milik Wihara Dewi Welas Asih dan sembilan lainnya berasal dari wihara atau klenteng yang ada di wilayah Cirebon," katanya.
Baca juga: Pemkot Cirebon berikan bonus atlet peraih medali Porda
Baca juga: Pemkot gandeng agen perjalanan promosikan wisata Cirebon
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Ini (perayaan Cap Go Meh) merupakan simbol toleransi di Kota Cirebon, karena dalam kirab budaya tersebut tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghoa saja, namun juga warga lainnya," kata Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis di Cirebon, Selasa.
Menurutnya, selain menyimbolkan toleransi di Kota Cirebon, kirab budaya Cap Go Meh juga sebagai bentuk pelestarian budaya.
Karena dalam kirab budaya tersebut, kata Azis, tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghoa saja, namun juga warga pribumi. Ini menunjukkan tingkat kerukunan hidup bermasyarakat di Kota Cirebon sudah nyaman dan tidak ada masalah.
Sementara Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati menambahkan Cap Go Meh sudah masuk agenda pariwisata di Kota Cirebon.
"Kita harus terus mendukung dan mendorong adanya agenda pariwisata di Kota Cirebon ini," kata Eti.
Eti melanjutkan melalui kirab budaya Cap Go Meh juga menunjukkan saling menghargai dan menghormati keberagaman agama, tradisi, etnis dan budaya di Kota Cirebon.
"Ini aset yang kita punya. Harus kita jaga bersama-sama dan tunjukkan bahwa keberagaman di Kota Cirebon justru memberikan kesejahteraan untuk warganya," tuturnya.
Seorang budayawan Tionghoa Ian Siskarteja mengatakan pada kirab budaya Cap Go Meh tahun ini ada 15 tandu atau joli dan ini bertambah dari tahun kemarin yang hanya 14 joli.
"Dari jumlah tersebut sebanyak enam tandu milik Wihara Dewi Welas Asih dan sembilan lainnya berasal dari wihara atau klenteng yang ada di wilayah Cirebon," katanya.
Baca juga: Pemkot Cirebon berikan bonus atlet peraih medali Porda
Baca juga: Pemkot gandeng agen perjalanan promosikan wisata Cirebon
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019