Ketua Tim Riset West Java Economics Society (WJES) Vera Intanie Dewi mengatakan terdapat lima subsektor yang direkomendasikan untuk mendorong akselerasi pemulihan industri di Jawa Barat (Jabar).

Kelima subsektor tersebut adalah industri tekstil dan pakaian jadi, industri kimia farmasi dan obat tradisional, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik optik dan peralatan listrik, industri mesin dan perlengkapan, serta industri alat angkutan.

"Kelima subsektor tersebut memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Jabar karena memiliki daya dorong (forward linkages) dan daya tarik (backward linkages), serta efek mutilplier yang lebih besar dibandingkan subsektor industri lainnya," kata Vera Intanie Dewi di Bandung, Minggu

Menurut dia berdasarkan Kajian Peta Dampak Pandemi Terhadap Industri Manufaktur Jawa Barat dan Solusinya, terindikasi banyak industri yang terdampak, khususnya akibat PPKM.

Dampak yang dirasakan umumnya berupa penurunan kapasitas produksi dan penurunan tersebut dikarenakan pengurangan jam kerja maupun jumlah tenaga kerja, khususnya pada industri non esensial.

Baca juga: BI dan Pemprov Jabar fasilitasi UMKM bertemu investor di ajang WJIS 2021

Namun demikian, terdapat sejumlah subsektor unggulan yang perlu mendapatkan perhatian untuk diakselerasi kinerjanya, yakni industri tekstil dan pakaian jadi, industri kimia farmasi dan obat tradisional, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik optik dan peralatan listrik, industri mesin dan perlengkapan, serta industri alat angkutan.

Kelima lima subsektor tersebut memiliki nilai daya dorong dan daya tarik yang lebih dari satu di mana hal ini menunjukkan bahwa sektor tersebut berperan dalam perkembangan sektor-sektor industri lainnya.

Selain itu dari aspek peningkatan output yang dihasilkan dan peningkatan pendapatan masyarakat, kelima sektor juga lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan sektor lain, dengan demikain sektor tersebut sangat di rekomendasikan menjadi sektor proititas dalam kebijakan pengembangan usahanya.


Dikemukakan subsektor terunggul adalah Industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik. Sektor tersebut memiliki nilai keterkaitan tertinggi baik pada daya dorong maupun daya tarik.

“Subsektor ini memiliki angka penganda output yang besar yakni 2.303938, nilai pengganda pendapatan 0.201669 dan memberikan kontribusi terhadap total output. Nilai Total Bruto dan nilai permintaan akhir yang tertinggi pertama dan di atas rata-rata sektor,” katanya.

Disusul subsektor Industri kimia, farmasi dan obat tradisional. Subsektor ini memiliki angka penganda output yang terbesar yaitu sebesar 2.31972, nilai pengganda pendapatan 0.112845 dan memberikan kontribusi terhadap total output, nilai Total Bruto yang tinggi dan diatas rata rata, namun nilai permintaan akhir yang masih harus didorong.

Kemudian, industri mesin dan perlengkapan YTDL. Subsektor ini memiliki angka pengganda output 2.100566, nilai pengganda pendapatan 0.148786 dan memberikan kontribusi terhadap total output, nilai Total Bruto dan nilai permintaan akhir yang tinggi.

“Keempat dan kelima ada industri tekstil dan pakaian jadi, dengan angka penganda output 2.110029, nilai pengganda pendapatan 0.190697. Serta industri alat angkutan dengan penganda output 1.932564, nilai pengganda pendapatan terbesar kedua yakni 0.254659 dan keduanya memberikan kontribusi terhadap total output, nilai total bruto dan nilai permintaan akhir yang tinggi dan di atas rata-rata sektor,” katanya.

Baca juga: West Java Investment Summit 2021 bukukan investasi Rp6,5 triliun

Selain kelima subsektor tersebut, terdapat sembilan subsektor industri yang memiliki potensi berkembang sehingga dapat turut mendorong pemulihan ekonomi Jabar.

Subsektor industry dimaksud yakni, industri pengolahan lainnya, jasa reparasi dan pemasangan dan peralatan, industri kulit, barang dari kulit, dan alas kaki, industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman, industri barang galian bukan logam, industri kayu, barang dari kayu dan gabus, dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya, industri karet, barang dari karet dan plastik, industri batubara dan pengilangan migas.

“Kesembilan subsektor tersebut memiliki potensi berkembang, namun dampak terhadap pendapatan dan output masih perlu ditingkatkan,” katanya.



Adapun kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mendorong kinerja dari subsektor industri unggul dan subsektor industri potensial, lanjut Vera, adalah pertama menjaga kontinuitas operasional usaha dan produksi berbagai subsektor industri tersebut, baik dalam situasi pandemi maupun kondisi normal.

Kedua, kebijakan konsultatif dan pendampingan untuk membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi.

Ketiga, memberikan insentif atau kemudahan untuk mendorong digitalisasi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar.

Keempat terus melanjutkan pembangunan infrastruktur logistik sesuai tahapan yang direncanakan. Kemajuan infrastruktur logistik akan berperan besar mendongkrak kinerja industri.

“Prioritas perlu diarahkan pada jaringan logistik, akses ke pelabuhan, perpanjangan jalan tol, dan jaringan internet handal,” ujarnya.

Kelima memberikan kemudahan impor bahan baku bagi industri yang bahan bakunya tidak tersedia di Indonesia.

Keenam, mendorong pengembangan industri pendukung untuk mengurangi ketergantungan bahan baku impor.

“Ketujuh memberikan insentif, misalnya relaksasi pajak untuk industri yang berhasil dalam inovasi dan digitalisasi,” katanya.

Baca juga: WJIS 2021 dorong UMKM terus berkembang dengan gelar CIFEST

 

Pewarta: ASJ

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022