Pakar sosiologi pedesaan sekaligus Wakil Kepala Bidang Pengabdian kepada Masyarakat, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) IPB University Dr Sofyan Sjaf mengembangkan konsep data desa presisi untuk meningkatkan pembangunan di desa.
“Pembangunan nasional akan berhasil jika dilaksanakan secara demokratik dan dimulai dari desa. Masalahnya saat ini adalah desa mengalami permasalahan data. Warga desa ditempatkan sebagai obyek dalam penyusunan dan pengelolaan data desa,” kata Sofyan Sjaf dalam kegiatan Sekolah Pengabdian, Bogor, Senin.
Kegiatan Sekolah Pengabdian yang diadakan secara daring oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM Fema) IPB University tersebut merupakan seri ketiga yang dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Sofyan mengatakan data desa saat ini masih belum sesuai dengan kondisi asli desa. Hal itu disebabkan oleh minimnya akses data serta kurangnya kreativitas dalam penyusunan dan pengolahan data desa. Selain itu, pada umumnya data desa masih diolah secara manual sehingga berimbas pada pembangunan desa yang menjadi tidak terukur. Untuk itu, data desa masih memerlukan banyak perbaikan.
“Solusi yang ditawarkan adalah dengan membangun data desa presisi. Data yang memiliki tingkat akurasi dan ketepatan yang tinggi untuk memberikan gambaran kondisi aktual desa yang sesungguhnya,” katanya.
Data tersebut, katanya, diambil, divalidasi, dan diverifikasi oleh warga desa, dibantu oleh pihak luar desa, misalnya perguruan tinggi.
Membangun desa presisi, menurut dia, adalah gagasan yang sudah dikomunikasikan di tingkat desa hingga tingkat kementerian.
Menurut dia kualitas data sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Data presisi tersebut juga menentukan ketepatan perencanaan dan implementasi pembangunan desa.
Data desa presisi dapat berbentuk data citra desa dengan resolusi tinggi hingga lima sentimeter. Di samping itu, juga ada data numerik dan data deskriptif yang bisa diakses melalui aplikasi MERDESA.
“Konsep desa data presisi ini sifatnya partisipatif untuk dilakukan semua pihak sehingga akurasi data bisa tinggi,” demikian kata Sofyan Sjaf.
Baca juga: Presiden minta potensi desa-desa di Indonesia dikembangkan
Baca juga: Mendes PDTT cek pembangunan desa di Majalengka via telekonferensi
Baca juga: Legislator Jabar dorong pemekaran desa untuk percepat pembangunan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
“Pembangunan nasional akan berhasil jika dilaksanakan secara demokratik dan dimulai dari desa. Masalahnya saat ini adalah desa mengalami permasalahan data. Warga desa ditempatkan sebagai obyek dalam penyusunan dan pengelolaan data desa,” kata Sofyan Sjaf dalam kegiatan Sekolah Pengabdian, Bogor, Senin.
Kegiatan Sekolah Pengabdian yang diadakan secara daring oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM Fema) IPB University tersebut merupakan seri ketiga yang dihadiri oleh peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Sofyan mengatakan data desa saat ini masih belum sesuai dengan kondisi asli desa. Hal itu disebabkan oleh minimnya akses data serta kurangnya kreativitas dalam penyusunan dan pengolahan data desa. Selain itu, pada umumnya data desa masih diolah secara manual sehingga berimbas pada pembangunan desa yang menjadi tidak terukur. Untuk itu, data desa masih memerlukan banyak perbaikan.
“Solusi yang ditawarkan adalah dengan membangun data desa presisi. Data yang memiliki tingkat akurasi dan ketepatan yang tinggi untuk memberikan gambaran kondisi aktual desa yang sesungguhnya,” katanya.
Data tersebut, katanya, diambil, divalidasi, dan diverifikasi oleh warga desa, dibantu oleh pihak luar desa, misalnya perguruan tinggi.
Membangun desa presisi, menurut dia, adalah gagasan yang sudah dikomunikasikan di tingkat desa hingga tingkat kementerian.
Menurut dia kualitas data sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Data presisi tersebut juga menentukan ketepatan perencanaan dan implementasi pembangunan desa.
Data desa presisi dapat berbentuk data citra desa dengan resolusi tinggi hingga lima sentimeter. Di samping itu, juga ada data numerik dan data deskriptif yang bisa diakses melalui aplikasi MERDESA.
“Konsep desa data presisi ini sifatnya partisipatif untuk dilakukan semua pihak sehingga akurasi data bisa tinggi,” demikian kata Sofyan Sjaf.
Baca juga: Presiden minta potensi desa-desa di Indonesia dikembangkan
Baca juga: Mendes PDTT cek pembangunan desa di Majalengka via telekonferensi
Baca juga: Legislator Jabar dorong pemekaran desa untuk percepat pembangunan
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020