Bandung (Antaranews Jabar) - National University of Singapore (NUS) melakukan kunjungan kerja ke Universitas Padjadjaran untuk menjalin berbagai kerja sama di antara kedua universitas tersebut.
Dalam kunjungan kerja tersebut, Presiden National University of Singapore Tan Eng Chye juga mengisi kuliah umum dihadapan civitas akademika Unpad.
"Kerja sama perlu dilakukan dengan negara-negara tetangga khususnya di ASEAN. NUS memiliki reputasi, di mana kami bisa belajar banyak hal," ujar Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad dalam siaran yang diterima Kamis.
Hanggono mengatakan, Unpad terus berupaya memberikan kontribusi untuk Jawa Barat terutama dalam aspek hukum dan lingkungan. Salah satu kunci untuk menuju hal tersebut yakni berkolaborasi seluruh pihak.
Sementara itu, Presiden National University of Singapore, Tan Eng Chye, dalam kuliah umumnya mengatakan, perguruan tinggi harus siap menghadapi tantangan persaingan global saat ini, salah satunya menghadapi era revolusi industri tahap empat.
"Untuk siap bersaing, kita harus mempekerjakan dosen dan staf terbaik, serta merekrut mahasiswa-mahasiswa terbaik," katanya.
Menurut dia, sebagai perguruan tinggi terbaik pertama di Asia Tenggara dan peringkat 15 perguruan tinggi terbaik dunia versi QS World University Rankings, maka menjadi keharusan menyiapkan sumber daya manusia yang siap berdaya saing.
Setiap tahunnya, NUS merekrut 7.000 mahasiswa baru. Hal ini menjadi tantangan NUS dalam menyiapkan 7.000 mahasiswa tersebut siap berdaya saing di tingkat Singapura maupun dunia.
Lebih lanjut Profesor Matematika tersebut menjelaskan, salah satu strategi yang dilakukan NUS adalah membuka diri terhadap dunia. Mahasiswa, dosen, maupun staf bukan hanya berasal dari Singapura, tetapi juga dari internasional. Sebaliknya, para mahasiswa NUS juga aktif dikirim ke sejumlah perguruan tinggi terbaik di dunia.
"Singapura itu kecil, Anda bisa lihat semua penerbangan di bandara adalah penerbangan internasional. Untuk itu, mahasiswa NUS kita dorong untuk bisa melihat dunia," kata dia.
Program ini tidak menjadikan mahasiswa NUS hanya sekadar berkuliah dan berinteraksi dengan sesama warga negara Singapura. Mahasiswa didorong untuk terjun di masyarakat global, melakukan interaksi, dan memahami budayanya. Mereka juga didorong untuk melakukan kolaborasi akademik dan penelitian.
Berbeda dengan universitas lain yang berorientasi menuntut mahasiswanya untuk selalu berhasil, kata Tan, di NUS perguruan tinggi harus berkreasi menciptakan diri untuk gagal, hal ini berhubungan dengan upaya menguatkan softskill mahasiswanya.
"Gagal adalah pelajaran yang sangat penting. Di NUS, ketika gagal, kita beri kesempatan kedua. Ini mendorong mahasiswa untuk kembali berdiri dari kegagalannya dan bertarung kembali," kata dia.
Konsep ini sangat diterapkan dalam aktivitas riset dan pembelajaran di NUS. Bahkan pada program kewirausahaan yang merupakan salah satu program unggulan di NUS, konsep ini diterapkan saat magang di dunia industri.
Di hadapan peserta kuliah, Prof. Tan membuka peluang melakukan pertukaran mahasiswa ke NUS. Saat di NUS, mahasiswa Unpad juga berkesempatan diikutsertakan pada program pengiriman mahasiswa dengan perguruan tinggi mitra NUS.
Tidak hanya itu, mahasiswa NUS juga akan dikirim ke Unpad. Tan mendorong mahasiswa tersebut juga diikutsertakan pada program pertukaran pelajar dengan perguruan tinggi mitra Unpad.