antarajabar - PT MRT Jakarta menjalin kerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan melakukan penandatanganan nota kesepahaman terkait penelitian, pertukaran data, dan pendidikan di bidang perkeretaapian modern.
"Kerja sama ini menerapkan prinsip kolaborasi antara kampus, industri, dan pemerintah. ITB juga mengembangkan teknologi perkeretaapiaan melalui National Center for Suistainable Transportation Technology," ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar di Kampus ITB, Rabu.
Nota kesepahaman antara PT MRT dengan ITB akan dilaksanakan selama lima tahun untuk pengembangan kompetensi sumber daya manusia dari kedua belah pihak. Pendatanganan ini juga disaksikan langsung Menteri Perhubungan, Budi Karya Kusuma.
Menurutnya, pembangunan MRT di Jakarta akan menerapkan teknologi mutakhir yang telah dikembangkan di negara-negara lain seperti Jepang. Namun, ia enggan mendatangkan sumber daya manusia dari luar dan lebih mengedepankan kerja sama pengembangan dengan perguruan tinggi.
"Ini adalah upaya kita dalam membangun kapasitas nasional. MRT ini teknologi baru besarannya mahal sekali, sehingga kami berpikir kesempatan pertama yang dilakukan adalah sebanyak-banyaknya memanfaatkan teknologi baru ini untuk ditangkarkan di perguruan tinggi," kata dia.
Langkah kerja sama terdekat antara PT MRT dengan ITB dimulai dengan mempelajari persinyalan modern yang akan diterapkan dalam pengoperasian MRT.
Pengembangan ini akan semakin mudah, seiring dengan adanya pusat penelitian dan pengembangan perkeretaapian nasional yang dimiliki ITB.
"Kemudian nanti bisa menjadi sarana laboratorium dalam rangka pengembangan SDM perkeretaapian," katanya.
Di tempat yang sama, Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, pihaknya menyambut baik kerja sama yang terjalin antara PT MRT dengan ITB. Menurutnya, salah satu alasan pembangunan pusat penelitian perkeretaapian sebagai sumbangsih perguruan tinggi terhadap proyek pembangunan transportasi nasional.
"Kita dedikasikan dalam bentuk mendukung pembangunan teknologi baru MRT, di mana teknologi signaling sangat penting," katanya.
Dikatakan Kadarsah, ITB memiliki 54 peneliti yang siap membantu pengembangan pembangunan perkeretaapian baru tersebut. "Kita mendukung menyiapkan SDM karena saat operasi perlu SDM yang mengoperasionalkan, maka kita akan mempersiapkan SDM," katanya.
Hingga akhir Oktober 2017, perkembangan konstruksi MRT Jakarta secara keseluruhan telah mencapai 83,07 persen, dengan rincian 74,64 persen untuk pekerjaan depo dan struktur layang serta 91,57 persen untuk pekerjaan struktur bawah tanah.
Seluruh jalur layang kini telah tersambung dengan dipasangnya box girder terakhir pada 31 Oktober lalu. Pemasangan railway track juga sedang dilakukan dan pada 14 November 2017 telah terpasang sepanjang 3.402 meter dari keseluruhan total panjang rel 36 km.