Sejauh ini, kata dia, tahap pra-inkubasi dan inkubasi telah dilaksanakan dengan fokus pada pemetaan kebutuhan serta pengenalan layanan keuangan kepada peserta.
Pada tahap pra-inkubasi, OJK Cirebon memetakan kebutuhan akses keuangan terhadap 108 peserta yang hasilnya menunjukkan 51 persen membutuhkan tabungan, 4 persen deposito, 19 persen kredit usaha, dan 3 persen pembiayaan kendaraan.
“Tindak lanjutnya adalah pelaksanaan product matching antara perbankan dan industri keuangan non-bank pada Agustus 2025,” kata Agus.
Ia menyebut proses inkubasi akan berlanjut di tahun depan, melalui pendalaman berbagai produk dan layanan keuangan untuk memperkuat ekosistem inklusi di desa tersebut.
Sementara itu, Direktur BUMDes Karya Mekar Gunung Kuning Majalengka Yosep Hendrawan mengatakan pihaknya mendukung pengembangan Desa EKI, karena selaras dengan pertumbuhan ekonomi desa termasuk sektor wisata.
Ia mengungkapkan pendapatan bruto BUMDes pada 2024 mencapai Rp2,4 miliar, sementara hingga September 2025 angkanya sudah menembus Rp2,5 miliar.
“Target kami Rp3 miliar untuk tahun ini dan untuk pendapatan asli desa (PADes), sekarang sudah hampir Rp566 juta tersetor,” ujarnya.
Ia menambahkan, BUMDes yang dikelolanya saat ini mampu menggaji sekitar 70 pekerja muda desa dengan mekanisme honor mingguan, yakni sekitar Rp1,5 juta per orang.
Yosep juga menyebut jumlah kunjungan ke objek wisata unggulan di desanya, yaitu Situ Cipanten terus meningkat.
Pihaknya mencatat hingga September 2025, turis yang mengunjungi destinasi tersebut mencapai 139 ribu orang atau mendekati total kunjungan di tahun 2024.
“Kami optimistis bisa mencapai 170 ribu bahkan mungkin 200 ribu pengunjung tahun ini, apalagi Situ Cipanten memang menjadi destinasi favorit di Majalengka,” ucap dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: OJK: Program Desa EKI di Majalengka kembangkan wisata ramah difabel
