Bandung (ANTARA) - Pemerintahan Kota (Pemkot) Bandung mengajak Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk bekerja sama menjadikan wilayahnya sebagai 'laboratorium hidup' guna menciptakan solusi konkret dari setiap permasalahan yang ada.
"Saya ingin mengajak teman-teman dari ITB sebetulnya untuk menjadikan wilayah-wilayah kota Bandung ini sebagai living laboratory (laboratorium hidup). Mengapa? karena saya melihat permasalahan unik di setiap permukiman yang berbeda," ujar Wali Kota Farhan di Bandung Sustainability Summit 2025, Kamis.
Konsep 'laboratorium hidup' yang dimaksud tersebut merujuk kepada menjadikan wilayah-wilayah di Kota Bandung sebagai tempat nyata untuk mengamati, menganalisis, dan menguji solusi atas berbagai permasalahan yang muncul di setiap permukiman.
Ia memberikan contoh dengan perbandingan Wilayah Punclut dan ketinggian wilayah Cimincrang yang memiliki perbedaan signifikan sehingga membuat keduanya punya karakteristik permasalahan berbeda.
"Secara elevasi, kawasan Punclut berada pada ketinggian sekitar 1.100 mdpl (meter di atas permukaan laut), sedangkan Cimincrang berada di 650 (mdpl). Karakter wilayah secara hidrologi keduanya pun pasti berbeda," jelasnya.
Dirinya menambahkan bahwa saat ini dia sedang melaksanakan program Prakarsa Bandung Utama dan ingin mengundang forum para akademisi untuk terlibat aktif dalam program tersebut.
"Saya kan sekarang lagi keliling nih lewat program prakarsa utama, di mana saya berkantor di kelurahan setiap hari Senin sampai Jumat, melalui forum ini teman-teman akademisi untuk mencari solusi yang dijahit yang berkesinambungan," tambahnya.
Pada kesempatan tersebut, Wali Kota Farhan juga menghadiri penandatangan nota kesepahaman kerja sama Suvarna Sustainability Summit dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang merupakan salah satu rangkaian acara dari Bandung Sustainability Summit 2025.
Forum yang berlangsung selama dua hari ini mengangkat tema “Dari Kepatuhan Menuju Komitmen: Sinergi Pemerintah, Perguruan Tinggi, dan Korporasi untuk Masa Depan Infrastruktur Berkelanjutan”, menjadi momentum bagi seluruh pemangku kepentingan untuk memperkuat prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (LST) melalui aksi kolektif lintas sektor.
Hadir juga sejumlah pejabat dan tokoh penting lainnya, antara lain Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Tatacipta Dirgantara, Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB Nita Yuanita, serta Deputi Infrastruktur Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Abdul Malik Sadat Idris.
