Saat menghadapi Korsel nanti, pelatih Vanenburg dipastikan akan berusaha menurunkan skuad terbaik yang ia miliki. Mengingat superioritas tim Korsel, Vanenburg berpeluang besar menurunkan formasi dasar 4-3-3, yang dapat berubah menjadi 3-4-3 saat menyerang.
Di bawah mistar gawang, kiper PSIM Yogyakarta Cahya Supriadi, yang belum kemasukan sama sekali berpeluang kembali dipercaya untuk menggagalkan ancaman-ancaman yang datang ke gawang Garuda Muda.
Untuk para pemain bertahan, Vanenburg menurunkan susunan yang berbeda pada dua pertandingan sebelumnya. Kali ini agaknya Vanenburg akan menurunkan empat pemain bertahan untuk menghadapi potensi ancaman Korsel, dengan memainkan kuartet Muhammad Ferarri, Kakang Rudianto, Kadek Arel, dan Dony Tri Pamungkas.
Di lapangan tengah, trio Toni Firmansyah, Arkhan Kaka, dan Ananda Raehan dapat kembali dipercaya untuk menggalang kekuatan di tengah. Mereka bertiga dapat diandalkan untuk memutus serangan lawan, ataupun mengatur irama permainan, dan menyuplai bola-bola ke para pemain depan.
Untuk posisi penyerang, Vanenburg dapat kembali memberi kepercayaan kepada Frengky Missa, Rafael Struick, dan Hokky Caraka. Frengky cukup lincah bergerak di sektor sayap dan memberikan masalah bagi tim-tim lawan, sedangkan Struick sepertinya telah pulih rasa percaya dirinya setelah mampu mencetak gol pada pertandingan melawan Makau, dan Hokky, meski kerap dicemooh, memiliki mental dan teknik yang bagus saat ia tampil maksimal.
Di kubu Korsel, pelatih Lee Min-sung secara diplomatis sempat menyatakan bahwa Indonesia dapat menyulitkan timnya. Namun semua orang tahu, itu merupakan perang urat syaraf yang biasa dilakukan para pelatih tim sepak bola.
Korsel dengan kualitas para pemain yang dimilikinya, kemungkinan besar akan menerapkan dominasi penguasaan bola (ball possesion) untuk mengurung Indonesia. Mereka juga memiliki pemain-pemain sayap yang cepat, yang dapat menebar teror melalui umpan-umpan silang ke jantung pertahanan Garuda Muda atau melalui tusukan-tusukan langsung.
Meski di atas kertas Indonesia tidak diunggulkan, bukan berarti peluang untuk mengalahkan Korsel telah sirna sepenuhnya. Indonesia masih dapat mengeksploitasi ruang-ruang kosong di belakang fullback Korsel saat mereka bergerak maju atau dalam masa transisi.
Selain itu, permainan yang lebih langsung (direct football) dengan mengirim umpan panjang ke para penyerang atau pemain depan juga masih bisa menjadi opsi saat Indonesia sedang berada dalam tekanan dan ingin memberikan efek kejut kepada pasukan muda negeri ginseng tersebut.
Sejarah pertemuan kedua tim
