Bandung (ANTARA) - Meski lemari pakaian penuh, banyak orang masih sering merasa tidak memiliki baju yang layak pakai dan terkadang berujung pada kebiasaan belanja impulsive yang sebenarnya bisa dihindari.
Fenomena ini dikenal dengan istilah "closet full, nothing to wear", dan menjadi refleksi dari pola konsumsi yang tidak terarah. Padahal, ada sejumlah langkah sederhana yang bisa diterapkan agar pakaian yang dimiliki benar-benar dimanfaatkan secara optimal.
1. Gunakan Semua Pakaian Sebelum Membeli yang Baru
Mencoba memakai semua baju yang ada sebelum membeli yang baru dapat membantu seseorang mengenali kembali isi lemarinya. Banyak pakaian sering terlupakan hanya karena tidak berada di posisi yang terlihat atau mudah dijangkau. Metode ini juga mendorong kebiasaan konsumsi yang lebih sadar dan bertanggung jawab.
2. Atur Lemari Berdasarkan Fungsi atau Aktivitas
Alih-alih mengelompokkan pakaian berdasarkan jenis (kaus, kemeja, jaket), mengatur lemari berdasarkan aktivitas atau suasana (kerja, santai, semi-formal) dapat memudahkan dalam memilih pakaian sesuai kebutuhan harian. Metode ini terbukti menghemat waktu dan mengurangi kebingungan saat memilih baju.
3. Maksimalkan Mix and Match
Memiliki beberapa pakaian dasar dengan warna netral memungkinkan banyak kombinasi gaya tanpa perlu menambah jumlah pakaian. Atasan putih polos, celana jeans, dan outer dengan warna netral bisa dikombinasikan dalam berbagai cara, sehingga menciptakan variasi tampilan dari item yang sama.
4. Dokumentasikan Pilihan Outfit
Mendokumentasikan pakaian yang pernah dipakai melalui foto atau catatan bisa menjadi referensi yang memudahkan saat kehabisan ide. Album foto di ponsel atau catatan digital berisi kombinasi pakaian yang sudah digunakan dapat membantu menghindari repetisi dan mendorong eksplorasi gaya baru dari koleksi yang sama.
5. Rawat dan Perbaiki Pakaian yang Sudah Ada
Merawat pakaian dengan cara mencuci dan menyimpan yang tepat bisa memperpanjang usia pakai. Selain itu, pakaian yang mulai rusak sebaiknya diperbaiki atau diubah fungsinya menjadi item baru, seperti tas kain atau pakaian rumah, sebelum memutuskan untuk dibuang.
Menerapkan kebiasaan ini tidak hanya menghemat pengeluaran, tetapi juga berkontribusi pada pengurangan limbah tekstil dan konsumsi berlebihan. Dengan pendekatan yang lebih terencana terhadap pakaian, rasa "tidak punya baju" dapat diminimalisir tanpa harus terus membeli yang baru.