Bandung (ANTARA) - Kerajinan wayang golek yang dijajakan di Jalan Braga, Bandung, Jawa Barat, banyak dibeli oleh wisatawan mancanegara khususnya Belanda.
"Pelanggan dari Belanda juga masih ada. Dulu, tahun 1960-an, dua bus turis bisa datang ke sini. Peminatnya masih ada," kata Ramdan Kosasih, seorang perajin wayang golek di Jalan Braga, Selasa.
Wayang golek yang dijualnya bervariasi, mulai dari harga Rp50 ribu hingga Rp1.000.000 per wayang, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan. Model yang paling banyak dicari oleh wisatawan biasanya yang berukuran kecil. "Banyak pemesan dari ITB, Maranatha, atau yang ikut pertukaran pelajar suka bawa yang kecil-kecil buat oleh-oleh," pungkasnya.
Ramdan mengungkapkan untuk sehari-hari penghasilan yang diperoleh masih cukup untuk memenuhi kebutuhan karena sekarang ia lebih fokus melestarikan budaya ketimbang mengejar penjualan.
Untuk membuat wayang golek, dalam sehari ia bisa menyelesaikan satu atau dua wayang jika modelnya modern. Sedangkan proses pembuatan wayang tradisional atau custom bisa memakan waktu hingga dua minggu.
Meski tidak seramai dulu ia tetap optimis bisnis ini akan bertahan kedepannya. Saat ini, enam anggota keluarganya masih aktif membuat wayang golek. "Yang penting kita sehat, tetap semangat. Mudah-mudahan tidak seperti masa pandemi kemarin," tutupnya.
Ia mengaku keahlian membuat wayang golek ini diwariskan dari ayahnya, seorang perajin yang sudah berkarya sejak enam dekade lalu.
"Saya mulai meneruskan pembuatan wayang golek sejak almarhum ayah wafat pada tahun 2003. Ilmunya saya dapat langsung dari beliau," katanya.
Ramdan mengaku bahwa proses pembuatan wayang golek cukup memakan waktu, terutama karena material bambu dan kayu harus melalui tahap pengolahan yang lama. Dalam sehari-hari, ia masih aktif membuat wayang di tempat tinggalnya yang tidak jauh dari tempatnya biasa berjualan di jalan Braga.
"Dulu banyak keluarga saya yang juga membuat wayang golek. Bahkan, dari pihak ibu ada yang melukis, jadi memang seni ini turun-temurun," kata Ramdan.