Jakarta (ANTARA) - Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menganggap pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi berkurangnya ekspektasi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
“Memang berkurang ekspektasi penurunan suku bunga secara agresif,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Xinhua melaporkan bahwa The Fed mempertahankan suku bunga acuan dalam kisaran 4,25-4,5 persen seiring meluasnya kekhawatiran atas tarif yang diberlakukan terhadap mitra dagang utama Amerika Serikat (AS).
Hal ini berarti Bank Sentral AS tersebut telah mempertahankan suku bunga sejak pertemuan pada Januari dan Maret tahun ini.
Gubernur The Fed Jerome Powel menyampaikan bahwa pihaknya sedang wait and see untuk menilai dampak dari kebijakan tarif AS yang dinilai sangat tidak pasti.
Apabila kenaikan besar tarif yang telah diumumkan akan dilanjutkan, ucap Powell, maka akan menghasilkan kenaikan inflasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan pengangguran.
Menurut CME FedWatch tool, terdapat potensi 80 persen The Fed akan terus mempertahankan suku bunga pada pertemuan pada 18 Juni 2025.