Jakarta (ANTARA) - Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan emas tetap menjadi primadona investor sebagai aset safe haven (aman), terutama di tengah gejolak geopolitik dan ketidakpastian kebijakan moneter global meskipun harga sempat mengalami koreksi.
“Koreksi cenderung bersifat profit taking, memberikan peluang bagi investor untuk kembali masuk. Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh kontroversi kebijakan-kebijakan Trump yang di antaranya tarif akan terus memberikan dukungan pada safe haven emas,” kata Lukman saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Menurut Lukman, walaupun kemudian dampak dapat diminimalisir, geopolitik mereda, permintaan emas tidak akan berhenti oleh bank-bank sentral dunia seperti China yang dalam upaya mendiversifikasi dolar AS mereka ke emas.
Harga emas spot sempat melemah ke level sekitar 3.022 dolar AS per ons pada perdagangan terakhir. Pelemahan ini dipicu oleh sejumlah faktor, di antaranya koreksi profit taking.
Selain itu, dolar AS juga sedikit rebound setelah pernyataan hawkish dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang mengatakan belum ada urgensi menaikkan suku bunga.
Federal Reserve atau The Fed pekan lalu mempertahankan suku bunga acuan, namun memberi sinyal kemungkinan dua kali penurunan suku bunga tahun ini. Langkah ini berpotensi memperkuat sentimen bullish terhadap emas dalam jangka menengah hingga panjang.
Di sisi lain, dinamika geopolitik global tetap menjadi katalis penting. Serangan terbaru Israel ke wilayah Gaza kembali memanaskan ketegangan di Timur Tengah.