Antarajabar.com - Menunggu waktu berbuka puasa atau "ngabuburit" bisa dilakukan dengan mengunjungi masjid Mungsolkanas, yakni masjid tertua di Bandung, Jawa Barat, yang terletak di Jalan Cihampelas Nomor 61 Kota Bandung.
"Kalau bulan Ramdahan, ada buka bersama, bincang ramadhan, `ngabuburit` anak-anak, pesantren kilat, tadarus, lomba dan pameran publik serta zakat, infaq dan shodaqoh bulan Ramadhan," kata Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Mangusolkanas, Haris M Lubis, Rabu.
Boleh jadi jarang orang yang mengira bahwa bangunan masjid tiga lantai yang didominasi warga cokelat muda itu adalah masjid tertua yang ada di Kota Bandung.
Penanda bahwa masjid ini adalah masjid tertua di Kota Bandung adalah sebuah batu berwarna hitam yang berada di teras masjid bertuliskan "Masjid Mungsolkanas, Berdiri Tahun 1869 `Mangga Urang Ngaos Sholawat Ka Kanjeng Nabi SAW`".
Nama Mungsolkanas, kata Haris, merupakan kepajangan dari Mangga urang ngaos sholawat ka Kanjeng Nabi SAW atau "Mari kita mengaji dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW".
Ia menjelaskan masjid yang sudah ada sejak tahun 1869 itu didirikan oleh R Suradimadja alias Abdurrahim yang dikenal dengan nama Mama Aden. "Tanahnya milik Lantenas yang masih saudara dengan Mama Aden, lalu diwakafkan untuk membuat tempat ibadah," kata dia.
Menurut dia pada tahun 1993 mau diganti namanya menjadi Ar-Rahim sesuai dengan nama pendirinya, tapi sebagian masyarakat dan keluarga dari Mama Aden tidak setuju. "Makanya namanya dipertahankan," kata Haris.
Ia mengatakan, masjid yang sudah berdiri selama 147 tahun ini sudah tiga kali direnovasi yakni pertama di tahun 1956, mengganti bentuk masjid dari sebuah mushola berbentuk rumah panggung dari bambu menjadi masjid bertembok.
"Kedua tahun 1993, dan ketiganya tahun 2009 sambil membuat menara masjid," ujar dia.
Haris menambahkan, saat renovasi ada barang-barang peninggalan dulu yang hilang.
"Mungkin para pekerja lupa menyimpannya, jadi barang-barang seperti pentungan, dan bedug peninggalan Mama Aden hilang, ada sebagian yang dibawa oleh keluarganya," kata dia.
Saat ini, lanjut dia, barang peninggalan zaman dahulu yang masih ada di Masjid Mungsolkanas ialah sebuah Al Quran.
Wujud Al Quran yang ada di masjid tersebut berbentuk seperti Al-Quran sekarang, namun huruf-hurufnya ditulis tangan, dan hanya ada titik sebagai penanda waqaf ayat dan ditulis oleh warga bernama Zakaria.
Keberadaan Al Quran yang diletakkan di lantai dua masjid tersebut menjadi perhatian pertama orang yang mengunjungi Masjid Mungsolkanas
Ia menambahkan, untuk kegiatan sehari-hari masjid ini seperti masjid pada umumnya dan dirinya berharap, orang-orang yang berkunjung ke Masjid Mungsolkanas setidaknya ingat dengan Salawat kepada Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan nama masjid.
"Semoga ke depannya namanya tetap Mungsolkanas, serta kelestarian dari masjid tua ini tidak luntur," kata Haris.