Lebih lanjut, kata Dewi pula, pemerintahan baru harus lebih baik lagi dalam memanfaatkan infrastruktur Jabar khususnya di Kawasan Rebana, Bandara Kertajati, dan Pelabuhan Patimban.
"Gubernur terpilih diharapkan kebijakan-kebijakannya melanjutkan yang baik untuk mendorong terus pertumbuhan ekonomi, bukan membuat kebijakan coba- coba," katanya lagi.
Permasalahan yang menurutnya menjadi pekerjaan rumah besar adalah masih sulitnya mengurus izin berusaha di Jabar, termasuk bagi investor bidang pariwisata, yang digadang-gadang bakal menjadi potensi pendorong pertumbuhan ekonomi di Jabar.
Di samping itu, kata Dwi, produksi dan penggunaan energi hijau, juga bisa menjadi potensi yang menjanjikan untuk digarap.
"Mengingat arah investasi negara asing saat ini adalah ketersediaan produksi energi hijau yang masih belum maksimal dilakukan di Jabar," ujarnya lagi.
Menurut GM Pemasaran dan Pengembangan Bisnis PT SEI Kurniawan Imam Ghozali menyatakan kebutuhan akan produksi energi hijau, dikarenakan akan menekan biaya operasional perusahaan.
"Seperti, pemasangan solar panel bisa mengurangi biaya operasional untuk listrik hingga 40 persen. Sehingga Industri seperti tekstil bisa terbantu. Belum lagi penggunaan penggunaan mobil listrik untuk operasional perusahaan misal Bandung-Jakarta PP biaya BBM semula Rp238 ribu menjadi hanya Rp70 ribu. Karenanya kami sebagai perusahaan ingin berkontribusi dalam mempersiapkan energi hijau di Jabar untuk peningkatan investasi," ujar Kurniawan.
Baca juga: Jawa Barat jadi percontohan penanganan masyarakat miskin ekstrem perkotaan
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemimpin baru Jabar diharap tancap gas kejar target ekonomi 8 persen