Kecaman itu disampaikan Departemen Hubungan dan Kerja Sama Internasional Afsel pada Rabu (13/11), setelah Smotrich mengatakan ia telah memerintahkan persiapan untuk aneksasi permukiman di wilayah yang diduduki Israel tersebut.
Departemen tersebut menekankan perlunya respons tegas dari komunitas internasional terhadap perluasan permukiman Israel di wilayah Palestina beserta kebijakan-kebijakan provokatif Israel.
Menurut penyiaran publik Israel, KAN, pada Selasa (13/11), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana mengajukan kembali isu aneksasi Tepi Barat pada agenda pemerintahannya saat Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, menjabat pada Januari 2025.
Pada 2020, Netanyahu merencanakan aneksasi permukiman ilegal Israel di Tepi Barat dan Lembah Yordan berdasarkan rencana perdamaian Timur Tengah yang diumumkan oleh Trump pada Januari tahun itu.
Wilayah yang direncanakan Netanyahu untuk dicaplok pada saat itu mencakup sekitar 30 persen dari Tepi Barat.
Namun, rencana tersebut tidak terwujud akibat tekanan internasional dan kurangnya persetujuan dari Amerika Serikat.
Hukum internasional menganggap Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai "wilayah yang diduduki" dan memandang seluruh pembangunan permukiman Israel di sana sebagai aktivitas ilegal.
Sumber: Sputnik- Anadolu-OANA
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hizbullah sebut berhasil menyerang markas militer Israel di Tel Aviv