Cianjur (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat delapan kepala keluarga dengan 40 jiwa di Kecamatan Karangtengah korban angin puting beliung sudah kembali ke rumah setelah penanganan cepat perbaikan rumah dilakukan bersama warga.
Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Cianjur Wahyu saat dihubungi, Minggu, mengatakan delapan rumah warga rusak sedang terutama di bagian atap akibat dihantam puting beliung pada Jumat (1/11) sehingga pemilik terpaksa mengungsi.
"Delapan kepala keluarga dengan 40 jiwa terpaksa mengungsi ke balai desa karena atap rumah mereka hilang disapu angin puting beliung yang terjadi Jumat petang, hingga Sabtu petang sudah tidak ada warga yang mengungsi," katanya.
Petugas gabungan dibantu warga sekitar langsung melakukan perbaikan rumah selama dua hari terakhir, sehingga warga yang mengungsi sudah dapat menghuni rumahnya yang sebagian besar rusak di bagian atap yang hilang terbawa angin puting beliung.
Pihaknya langsung berkoordinasi dengan dinas terkait di Pemkab Cianjur untuk memberikan bantuan berupa material atap untuk rumah yang rusak, sehingga dapat kembali ditempati pemilik dan keluarganya.
"Kami pastikan pada Minggu semua warga yang mengungsi sudah kembali ke rumah karena rumah mereka sudah diperbaiki dan layak untuk dihuni kembali," katanya.
Pihaknya juga mencatat penanganan pohon tumbang yang terjadi di 10 titik di Desa Maleber, Kecamatan Karangtengah seiring dengan puting beliung, sudah tuntas dilakukan petugas gabungan terdiri dari BPBD Cianjur, Basarnas Cianjur, TNI/Polri, PMI Cianjur dan relawan Cianjur.Seiring cuaca ekstrem yang mulai melanda sebagian besar wilayah Cianjur, pihaknya mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan terutama yang tinggal di wilayah rawan bencana longsor, banjir dan pergerakan tanah karena sejak satu pekan terakhir curah hujan mulai tinggi.
"Kami menggencarkan sosialisasi ke berbagai wilayah di Cianjur melalui aparat kecamatan dan desa untuk meningkatkan kewaspadaan seiring curah hujan yang mulai tinggi, masyarakat diminta lebih jeli membaca tanda alam akan terjadi bencana," katanya.