Antarajabar.com - Galeri "S.14 Art Space and Library" Bandung mendorong para pelaku kreatif untuk berani berpameran dan mengaktualisasikan karya dan gagasan mereka kepada publik.
"Tidak harus seniman, siapa saja dari latar belakang yang beragam, lintas disiplin ilmu dan lintas generasi bisa menggelar pameran dan mengakualisasikan gagasanya kepada publik," kata Direktur S.14 Art Space and Library, Hera Pahlasari di Bandung, Jumat.
Ia mengatakan, S.14 yang berlokasi di Jalan Sosiologi No.14 Kota Bandung kini membuka dua sesi pameran dalam setahun dimana sesi awal tahun merupakan proyek "Hibah Pameran" yang diperuntukan bagi para anggota peprustakaan sebagai bentuk timbal balik kerjasama.
"Di luar itu, kami terbuka menerima aplikasi dari siapapun masyarakat yang hendak menggelar pameran," kata Hera.
Syaratnya menurut dia memberikan proposal mengenai keseluruhan konsep pameran yang hendak digelar.
"Kirim surat pengantar mengapa tertarik menggelar pameran di sini, karyanya tentang apa, lampirkan juga sketsa karya-karya yang sudah rampung," kata wanita lulusan Seni Keramik Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB ini.
Ia menjelaskan, awal dibentuknya S.14 adalah untuk merespon minimnya ruang-ruang untuk berkesenian di Kota Bandung, terutama bagi para seniman muda yang belum berpengalaman.
"Awal dibentuk S.14 itu pada Juli 2008, intinya untuk membantu anak-anak muda untuk bisa memiliki kesempatan melakukan pameran, terutama bagi mahasiswa-mahasiswa yang baru lulus dan portofolionya masih terbatas," kata dia.
Selain itu ia bersama suaminya —yang merupakan salah satu dosen di FSRD ITB — juga ingin memberi kesan bahwa seni itu tidak terbatas pada seni rupa saja dan tidak hanya didominasi oleh orang yang memiliki latar belakang bidang kesenian.
"Selain pameran, kita juga kerap menggelar diskusi seputar filosofi, kebudayaan, kehidupan, dan kesenian yang rata-rata dikemas dalam konsep bedah buku. Kami ingin ruang S.14 bisa dinikmati bersama, tidak hanya eksklusif untuk mewadahi seni rupa," katanya.
Untuk dapat mengapresiasi seni yang ditampilkan di pameran-pameran S.14, pihaknya tidak sekedar mempersilakan pengunjung untuk menerka-nerka arti dan makna di balik suatu karya, namun juga mengajak mereka untuk terlibat mengetahui proses pembuatannya.
"Kami ingin menghadirkan bentuk apresiasi masyarakat terhadap seni melalui workshop (lokakarya) agar mereka bisa memahami karya seniman dengan ikut melakukan aktivitas pengerjaan karya yang dipamerkan, mengetahui bahan material apa yang dipakai, dan sebagainya," kata Hera.
Ia mengaku, antusiasme masyarakat terutama generasi muda cukup besar dalam merespon ruang pameran dan diskusi yang diadakan S.14.
"Responnya cukup baik, ternyata mereka memang membutuhkan ruang untuk mengaktualisasikan karya mereka, dan anak muda sekarang menurut saya sudah aktif menciptakan ruang untuk berkesenian dan berdiskusi," kata dia.
Menurutnya, bentuk-bentuk keaktifan tersebut ditandai dengan mulai bermunculannya galeri-galeri kesenian alternatif di Kota Bandung.
"Ada yang konsepnya digabung dengan kafe dan restoran, bahkan ada yang memanfaatkan gedung senam dan seluruhnya dikelola oleh generasi muda," katanya.
Menurut dia generasi muda yang memiliki keinginan berpameran untuk tidak ragu mematangkan ide-ide mereka.
"Jangan takut, yakin dengan apa yang akan kamu lakukan dan harus berani berproses," katanya menambahkan.