Istanbul (ANTARA) - Kesadaran global mengenai rakyat Palestina di Jalur Gaza sejak 7 Oktober tahun lalu telah mengakibatkan "runtuhnya narasi Israel dan kesadaran dunia akan tipu daya Zionis," kata negarawan veteran Malaysia Mahathir Mohamad, pada Minggu (6/10).
Mahathir (99) menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah pidato virtual pada hari pertama konferensi "Palestina: Kunci Peradaban Renaissance," yang merupakan konferensi selama tiga hari untuk menandai satu tahun perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.800 orang Palestina.
Konferensi ini dimulai pada Minggu di kota metropolitan Turki, Istanbul, dan membahas Operasi Pembebasan Al-Aqsa serta menganalisis tatanan regional dan internasional, dampak, implikasi, dan arah masa depan dalam konteks perang Israel yang terus berlangsung terhadap Palestina.
Mahathir memuji "langkah bersejarah" Afrika Selatan yang membawa Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) karena genosida, dan mengatakan: "Tanggal 7 Oktober menandai hari yang signifikan, karena pada hari ini, rakyat Palestina bertekad untuk mengirimkan pesan kepada dunia bahwa mereka bertekad untuk membebaskan tanah mereka setelah perjuangan mereka hampir dilupakan di tengah blokade yang berkelanjutan, perluasan pemukiman, serangan terhadap Masjid Al-Aqsa, yahudinisasi Yerusalem, dan penerapan kebijakan apartheid terhadap semua rakyat Palestina."
Namun, ia mengungkapkan penyesalan atas "ketidaksatuan umat Muslim dan kelemahan bangsa kita" karena gagal "membalas" genosida yang dilakukan Israel.
Ia menambahkan bahwa genosida yang dilakukan oleh Israel "didukung dan disetujui oleh AS dan sekutu-sekutu Barat mereka."
"Jika ada yang meragukan, intervensi AS dalam pembalasan Iran terhadap Israel membuktikan bahwa orang-orang Israel atau Zionis menguasai dunia melalui proksi," kata mantan perdana menteri dua periode itu, mengecam mereka yang mendukung agresi militer AS dan Israel terhadap Palestina, Lebanon, dan Iran.
‘Kutuk Israel, AS, dan Sekutu Mereka’
Mahathir mengatakan bahwa waktu telah "tiba bagi semua umat Muslim untuk menyisihkan perbedaan mereka," karena "yang paling sedikit bisa kita lakukan saat merasa tidak berdaya adalah mengutuk Israel, AS, dan sekutu-sekutu Barat mereka serta umat Muslim yang terlibat dalam kejahatan mereka terhadap kemanusiaan."