Beirut (ANTARA) - Serangan balasan terhadap Israel oleh Iran dan gerakan Hizbullah Lebanon akan berbeda dalam metode yang digunakan tetapi semuanya akan menargetkan fasilitas militer serta tidak akan membahayakan warga sipil.
Analisis tersebut diucapkan oleh mantan kepala komisi perbatasan Lebanon-Israel, Jenderal Abdul Rahman Shehaitli, kepada Sputnik pada Jumat (9/8).
Sebelumnya pada 31 Juli, tentara Israel (IDF) melancarkan serangan udara terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut, menewaskan komandan Hizbullah, Fuad Shukr, bersama dengan sedikitnya empat warga sipil.
Sementara itu, kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh, dibunuh di kediamannya di Teheran pada Rabu lalu.
Gerakan Palestina tersebut menuduh Israel membunuh Haniyeh dan bersumpah akan membalasnya.
NBC News melaporkan, mengutip seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, bahwa negara Zionis tersebut sedang mempersiapkan kemungkinan serangan berkepanjangan oleh Hamas dan Hizbullah yang ingin membalas kematian para pemimpin mereka.
"Serangan balasan terhadap Israel oleh Iran pasti akan berbeda sifatnya dari tanggapan Hizbullah di Lebanon. Tanggapan Hizbullah dihitung berdasarkan realitas konfrontasi bersenjata dengan militer Israel. Iran adalah negara besar di kawasan, jadi prinsip serangan balasannya dikembangkan berdasarkan kepentingan negara," kata Shehaitli.
Hizbullah akan melancarkan serangan yang tepat sasaran yang akan melukai Israel, dan tidak akan membatasi diri hanya dengan menembakkan roket yang akan dicegat oleh Iron Dome Israel, yang hanya mempertontonkan aksi bagi media global, tambah jenderal Lebanon tersebut.
"Tidak ada yang bisa memprediksi seperti apa serangan balasan itu. Namun, ada beberapa skenario yang paling mungkin. Ini bisa berupa serangan hebat terhadap salah satu markas militer pusat yang memiliki peran strategis, atau bisa juga pangkalan udara militer, atau pembunuhan seorang pejabat militer berpangkat tinggi," kata Shehaitli.
Sementara itu, Teheran harus mempertimbangkan konsekuensi negatif bagi Iran dan seluruh kawasan jika perang skala penuh pecah, kata jenderal Lebanon tersebut.
Pada saat yang sama, kepemimpinan Iran tidak dapat membiarkan gengsi mereka dirusak di dalam dan di luar negeri, dan oleh karena itu, mereka tidak bisa membiarkan pembunuhan yang dilakukan di tanah Iran tidak dihukum, tambahnya.
Mengingat hal ini, tanggapan Iran kemungkinan besar akan dilakukan oleh dinas rahasia negara tersebut.
Tak ganggu gencatan senjata
Iran berharap agar responsnya terhadap pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran tidak akan berdampak pada potensi gencatan senjata di Gaza, kata misi Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam sebuah pernyataan.
“Prioritas kami adalah membentuk gencatan senjata yang langgeng di Gaza; setiap kesepakatan yang diterima oleh Hamas juga akan diakui oleh kami," bunyi pernyataan tersebut, Jumat.
"Rezim Israel telah melanggar keamanan nasional dan kedaulatan kami melalui tindakan terorisme baru-baru ini. Kami memiliki hak yang sah untuk membela diri, suatu hal yang sama sekali tidak terkait dengan gencatan senjata di Gaza," tulis pernyataan dari misi Iran.
"Namun, kami berharap respons kami akan dijadwalkan dan dilakukan sedemikian rupa agar tidak merugikan potensi gencatan senjata," kata pernyataan tersebut.
Pekan lalu, gerakan Palestina Hamas mengatakan bahwa serangan Israel telah membunuh kepala politik Hamas Ismail Haniyeh di kediamannya di Teheran, setelah Haniyeh menghadiri pelantikan presiden baru Iran.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah memperingatkan tentang "respons keras" terhadap pembunuhan tersebut.
"Saluran resmi langsung dan perantara untuk bertukar pesan selalu ada antara Iran dan Amerika Serikat, yang perinciannya lebih disukai oleh kedua belah pihak untuk tidak diungkapkan,” tambah pernyataan itu.
Sumber: Sputnik-OANA
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Jenderal Lebanon: Hizbullah, Iran akan serang fasilitas militer Israel