"Sedangkan bagi yang pulih di lapangan telah dilakukan upaya mengairi areal sawah baik dengan cara gilir giring yaitu pengairan bergilir seperti yang biasa dilakukan petani, maupun pompanisasi," katanya.
Ia menambahkan untuk laporan secara keseluruhan dari Januari sampai Juli 2024 tercatat sawah yang dilanda kekeringan ringan seluas 162 hektare, kekeringan sedang 71 hektare, dan kekeringan berat seluas 5 hektare dan puso seluas 7 hektare.
Selain itu, tercatat luas lahan pertanian yang terancam kekeringan akibat musim kemarau seluas 655 hektare, dan lahan yang baru ditangani secara swadaya seluas 86 hektare tersebar di lima kecamatan. Selain padi, ada juga lahan tanaman jagung yang dilanda kekeringan seluas 7 hektare.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut Haeruman menyatakan, pihaknya saat ini melakukan upaya untuk mengatasi lahan pertanian yang dilanda kekeringan dengan cara pompanisasi pemanfaatan air irigasi maupun air tanah.
Ia menyebutkan pola pengairan itu seperti melakukan pompanisasi yaitu menarik air sungai ke atas lahan pertanian, kemudian menampung air sungai, lalu pipanisasi dengan mengairi sumber air seperti embung dari atas ke bawah lahan pertanian.
Selanjutnya melakukan cara pengairan dengan pemanfaatan air dari sumur tanah dangkal, dan sumur tanah dalam untuk mengairi pertanian yang lahannya jauh dari aliran sungai, salah satunya seperti di Kecamatan Cibatu.
"Semuanya punya solusi masing-masing pertama pompanisasi, kedua irigasi perpompaan, ketiga pipanisasi, keempat sumur tanah dalam, dan dangkal, itu disesuaikan dengan kondisi wilayah," katanya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPTPH Jabar: Tanaman padi di Garut terdampak kemarau berhasil dipanen
Tanaman padi di Garut yang terdampak kekeringan berhasil dipanen
Rabu, 7 Agustus 2024 16:50 WIB