Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat mengatakan pihaknya melakukan upaya untuk revitalisasi sapi potong dan sapi perah pasca penurunan populasi akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang kambing, domba, sapi dan kerbau.
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Indriantari mengatakan saat ini untuk sapi potong, Pemprov Jabar meningkatkan budidaya sapi lokal Jawa Barat yakni Sapi Pasundan karena lebih tahan pada berbagai penyakit.
"Sapi Pasundan ini memiliki kelebihan walau bobotnya tidak sebesar sapi eksotik lainnya, tapi karkasnya mencapai 54-56 persen sehingga dagingnya lebih banyak, kemudian cara peliharanya juga gampang karena itu sapi lokal, jadi tidak mudah sakit. Ini kita kembangkan karena biasanya untuk yang sapi potong memang masih banyak didatangkan dari luar," ucap Indriantari di Gedung Sate Bandung, Senin.
Sementara untuk sapi perah, Pemprov Jabar bekerjasama dengan perusahaan peternakan sapi perah PT Sumber Citarasa Alam untuk mengembangkan kembali populasi sapi perah dan produksi susu yang sempat terdampak PMK.
Kerja sama dengan PT SCA, kata dia, adalah dengan membuka fasilitas kandang baru di Cianjur yang bisa menampung 200-300 ekor sapi perah, untuk meningkatkan kembali produksi susu di Jawa Barat yang kini berada di posisi ketiga terbesar, di bawah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Jadi kami kerja sama dengan SCA ini untuk mengembangkan, menambah populasi, kemudian meningkatkan produksi susunya. Kami ingin Jabar yang pernah jadi nomor satu, produksinya banyak lagi, kalau populasi mungkin kita kalah, tapi produksi mudah-mudahan bisa mengejar," ujar dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT SCA Dadang Suryana mengungkapkan bahwa produksi susu dalam negeri saat ini hanya bisa memenuhi 20 persen kebutuhan nasional, sementara sisanya datang dari impor.
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jawa Barat Indriantari mengatakan saat ini untuk sapi potong, Pemprov Jabar meningkatkan budidaya sapi lokal Jawa Barat yakni Sapi Pasundan karena lebih tahan pada berbagai penyakit.
"Sapi Pasundan ini memiliki kelebihan walau bobotnya tidak sebesar sapi eksotik lainnya, tapi karkasnya mencapai 54-56 persen sehingga dagingnya lebih banyak, kemudian cara peliharanya juga gampang karena itu sapi lokal, jadi tidak mudah sakit. Ini kita kembangkan karena biasanya untuk yang sapi potong memang masih banyak didatangkan dari luar," ucap Indriantari di Gedung Sate Bandung, Senin.
Sementara untuk sapi perah, Pemprov Jabar bekerjasama dengan perusahaan peternakan sapi perah PT Sumber Citarasa Alam untuk mengembangkan kembali populasi sapi perah dan produksi susu yang sempat terdampak PMK.
Kerja sama dengan PT SCA, kata dia, adalah dengan membuka fasilitas kandang baru di Cianjur yang bisa menampung 200-300 ekor sapi perah, untuk meningkatkan kembali produksi susu di Jawa Barat yang kini berada di posisi ketiga terbesar, di bawah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
"Jadi kami kerja sama dengan SCA ini untuk mengembangkan, menambah populasi, kemudian meningkatkan produksi susunya. Kami ingin Jabar yang pernah jadi nomor satu, produksinya banyak lagi, kalau populasi mungkin kita kalah, tapi produksi mudah-mudahan bisa mengejar," ujar dia.
Sementara itu, Direktur Utama PT SCA Dadang Suryana mengungkapkan bahwa produksi susu dalam negeri saat ini hanya bisa memenuhi 20 persen kebutuhan nasional, sementara sisanya datang dari impor.