“Sebelum perang, air ini hanya digunakan untuk mencuci piring dan membersihkan, tetapi saat ini kami menggunakannya untuk minum, yang telah menimbulkan berbagai penyakit mulai dari infeksi saluran cerna hingga penyakit ginjal dan dehidrasi,” ujarnya.
Ia mengecam sikap diam dunia atas apa yang dihadapi Palestina.
Yusuf Hamad (25) yang melarikan diri dari Kota Beit Hanoun di timur laut ke salah satu pusat penampungan di Jabalia, mengatakan ribuan pengungsi menderita kondisi kesehatan akibat kelangkaan air.
"Kami telah menderita krisis air yang parah selama lebih dari tiga bulan, karena kami menerima jatah kecil setiap beberapa hari karena kekurangan bahan bakar," kata dia.
Dia mengatakan kekurangan air menyebabkan sebagian besar pengungsi, terutama anak-anak, tertular penyakit pencernaan dan kulit karena kurangnya kebersihan.
Jalur Gaza menghadapi krisis air bersih karena rusaknya infrastruktur akibat perang yang masih berlangsung antara Israel dan kelompok pejuang Hamas Palestina.
Setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, Israel telah memutus pasokan air, makanan, obat-obatan, listrik, dan bahan bakar untuk 2,3 juta warga Palestina di Gaza.