Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Wahyu Hidayah mengatakan, merujuk pada data yang ada, produksi kopi di daerah itu didominasi jenis robusta sekitar 471,66 ton, kemudian jenis arabika sebanyak 25,22 ton.
Baca juga: Pemkab Kuningan serahkan 703 sertifikat hak tanah program PTSL
Baca juga: Pemkab Kuningan serahkan 703 sertifikat hak tanah program PTSL
“Tingkat produktivitas lahan perkebunan kopi di Kuningan pada 2023 tercatat 1.060,46 kg/hektare untuk robusta dan 720,57 kg/hektare,” kata Wahyu saat dikonfirmasi di Kuningan, Selasa.
Ia menjelaskan tahun 2023 untuk jenis kopi robusta dari hasil panen petani, sekitar 55 persen diserap oleh beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat terutama Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Garut.
Kemudian 15 persen lainnya dipasarkan di luar Provinsi Jawa Barat dan sisa 30 persen diserap oleh konsumen di Kabupaten Kuningan.
Bila melihat hasil produksi, menurut dia, kopi robusta asal Kabupaten Kuningan dimungkinkan diekspor untuk memenuhi permintaan pasar global.
“Kopi robusta asli Kuningan memiliki kualitas yang baik (fine robusta/spesialty) yang diminati pasar global dan beberapa petani kopi robusta pernah menjadi supplier exportir ke negara Amerika dan Turki di tahun 2021 dan 2022,” tuturnya.
Kendati demikian, Wahyu mengungkapkan jumlah produksi kopi robusta meningkat sedikit dari 442,20 ton pada 2022 menjadi 471,66 ton pada tahun 2023.
“Luas areal tanaman menghasilkan kopi robusta meningkat signifikan di tahun 2023,” ujarnya.
Sementara untuk jenis kopi arabika, lanjutnya, jumlah produksi komoditas itu cenderung menurun dari 26,00 ton pada 2022 menjadi 25,22 ton pada 2023 karena disebabkan dampak kemarau panjang.
Masa kemarau yang panjang membuat bunga kopi arabika di lahan petani di Kuningan banyak yang gugur dan tidak berbuah.
Walaupun begitu, pihaknya memastikan pada 2023 sekitar 55 persen hasil produksi kopi arabika dari petani sudah diserap oleh konsumen di Kabupaten Kuningan dan 45 persen lainnya dipasarkan di luar Kabupaten Kuningan.
Wahyu menambahkan agar produksi kopi robusta meningkat di tahun 2024, maka perlu adanya pengembangan perluasan areal tanam yang secara agroklimat membutuhkan ketinggian di atas 800 mdpl, yang mana lokasi lahan tersebut banyak terdapat di area Taman Nasional Gunung Ciremai.
“Kita belum memungkinkan untuk melakukan ekspor kopi arabika ke pasar global karena untuk memenuhi pasar lokal di dalam Kabupaten Kuningan maupun luar Kabupaten Kuningan masih belum terpenuhi,” ucap dia.
Baca juga: 200 ribu turis datang ke wisata Kuningan pada libur tahun baru
Baca juga: 200 ribu turis datang ke wisata Kuningan pada libur tahun baru