Bandung (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut bahwa pemerintah tidak menargetkan jumlah penjualan mobil listrik termasuk tahun 2023 ini, tapi lebih mengarahkan pada pembiasaan masyarakat.
Menurut Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Taufiek Bawazier, jika dilihat dari pertumbuhan sejak dikeluarkan kebijakan bea balik nama (BBN) nol persen bagi kendaraan listrik mulai awal tahun 2023 (Mei), terdapat kenaikan signifikan.
Baca juga: Kadin yakin ekosistem kendaraan listrik berkembang di Jawa Barat karena ada pabrik baterai
"Kami enggak masang target ya, tapi kita coba pendekatannya ke behaviour masyarakat, kalau lihat pertumbuhan sejak kebijakan BBN gitu ada kenaikan sekitar 4.000 sekian. Jadi saya kira ekspektasi masyarakat ya," kata Taufiek pada acara pameran GIIAS 2023 Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Dari kebiasaan yang ada saat ini, kata Taufiek, masyarakat yang membeli kendaraan listrik bukan menjadikan kendaraan listrik sebagai kendaraan utama tapi kedua dan seterusnya, dengan semangat untuk mencoba dan merasakan kendaraan listrik baik mobil maupun sepeda motor.
"Awal kita berharap masyarakat banyak yang beli, tapi realitanya sekarang masyarakat juga mau mencoba. Termasuk ketika sekarang ada aturan satu NIK satu kendaraan listrik (mendapat insentif) itu tumbuhnya luar biasa, bahkan sepeda motor penjualan sampai Oktober 2023 sudah sekitar 12 ribu unit," katanya lagi.
Hingga saat ini, kata Taufiek, untuk mobil listrik yang ikut dalam kebijakan BBN nol persen baru dua merek yakni Hyundai dan Wuling yang memberi efek cukup signifikan pada peningkatan penjualan sampai 126 persen dibanding sebelum adanya insentif.
Kemenperin sebut pemerintah tak targetkan penjualan mobil listrik
Rabu, 22 November 2023 18:45 WIB