Festival Tunas Bahasa Ibu jenjang SD dan SMP tingkat Provinsi Jawa Barat dan Banten tahun 2023 yang dilangsungkan di Soreang, Kabupaten Bandung, diharapkan mengedukasi generasi muda dan masyarakat umum, bahwa berbahasa daerah itu keren.
"Tentu maksud kegiatan ini, selain kita memiliki bibit-bibit yang akan melestarikan bahasa daerah, mereka juga akan bisa memberikan contoh bahwa dengan berbahasa daerah itu tidak kampungan, tapi keren justru," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi E Aminudin Aziz di Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa.
Baca juga: Pemkab Bekasi gelar FTBI 2023 lestarikan Bahasa Sunda
Sudah ada buktinya bukan hanya dari Jawa Barat, kata Aminudin, mulai dari bintang-bintang di rumah produksi, influencer, termasuk ada yang dianugerahi sebagai pelestari budaya.
"Itu dari Jawa Barat, ini kan prestasi ya, sehingga anak-anak muda itu akan melihat ternyata dengan berbahasa ibu pun bisa berprestasi," ucapnya.
Lebih lanjut, Aminudin mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari revitalisasi bahasa daerah yang sudah dilakukan sejak semester awal pembelajaran di sekolah, dengan materi-materi yang bisa dipilih oleh para siswa mulai dari mendongeng, sajak, hingga ngabodor (stand up comedy khas sunda) dan lainnya.
"Mereka ini adalah para pilihan, para juara dari tingkat kabupaten kota, kemudian masuk ke tingkat Jawa Barat dan nanti ada tingkat nasional begitu, maka sebagai bentuk apresiasi kita kepada mereka yang sudah berprestasi kita adakan festival tingkat provinsi ini," ucapnya.
Hal senada diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin, yang menilai kegiatan yang juga bertujuan pengarusutamaan bahasa ibu ini, penting dilakukan untuk melestarikan dan membumikannya agar tetap eksis yang dapat dilakukan di tiga lingkungan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lebih lanjut, menurut Bey, kegiatan ini menjadi salah satu agenda penting dalam menggali dan merawat kecintaan terhadap bahasa ibu sebagai warisan budaya yang sangat berharga, sekaligus memupuk rasa bangga akan keberagaman bahasa yang ada di tanah air.
"Festival ini juga bukan sekadar ajang perlombaan bagi anak-anak di jenjang SD dan SMP, melainkan peluang untuk mengasah keterampilan berbahasa, kreativitas, dan daya imajinasi. Saya yakin setiap peserta telah menunjukkan kesungguhannya dan kerja keras yang luar biasa dalam mempersiapkan diri untuk tampil hari ini," ujar Bey.
Festival ini, kata Bey, jadi langkah inspiratif bagi pendidikan dan pembelajaran bahasa di Jawa Barat dan Banten menuju tingkat lebih baik, terlebih bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikuasai dan dipahami oleh seseorang saat dirinya pertama kali mengenal bahasa serta belajar bicara sejak lahir, yang berkembang melalui interaksi dengan sesama anggota keluarga ataupun masyarakat di lingkungannya. "Artinya, bahasa yang dipahami dan diucapkan pertama kali oleh seseorang itulah yang menjadi bahasa ibu orang tersebut," katanya.
Lebih luas lagi, sambung Bey, Indonesia sangat kaya akan bahasa daerah, tentunya bahasa ibu pun sangat beragam di mana, menurut Laboratorium Kebhinekaan Bahasa dan Sastra, bahasa ibu yang ada di Indonesia sebanyak 718 bahasa.
"Maka dari itu, semua pihak harus melestarikan bahasa ibu agar tidak punah. Apalagi jika jarang digunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dipedulikan serta tergeser oleh bahasa yang lebih dominan, seperti bahasa Indonesia atau bahkan bahasa asing," tuturnya.
Baca juga: Telaah - Memuliakan Bahasa Indonesia, buah warisan Sumpah Pemuda
Balai Bahasa Provinsi Jabar mencatat dalam Festival Tunas Bahasa Ibu 2023 di Jawa Barat dan Banten yang berlangsung pada 13-16 November 2023 ini diikuti 787 peserta terdiri dari 189 putra dan 192 putri siswa SD, kemudian sebanyak 203 putra dan 203 putri siswa SMP. Selain itu hadir pula 114 guru yang mendampingi.
Adapun peserta merupakan perwakilan dari 27 kabupaten/kota di Jabar dan dua kabupaten dari Provinsi Banten, yakni Pandeglang dan Lebak.
Sementara itu, terdapat 23 orang juri yang merupakan pakar, praktisi, dan akademisi di bidang bahasa dan sastra Sunda yang memberikan penilaian objektif.
Sejumlah perlombaan yang diikuti para peserta adalah lomba Ngarang Carpon (mengarang cerita pendek), Nembang Pupuh, Ngadongeng Maca Sajak serta Borangan (Ngabodor Sorangan/stand up comedy berbahasa Sunda).
"Tentu maksud kegiatan ini, selain kita memiliki bibit-bibit yang akan melestarikan bahasa daerah, mereka juga akan bisa memberikan contoh bahwa dengan berbahasa daerah itu tidak kampungan, tapi keren justru," kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi E Aminudin Aziz di Soreang, Kabupaten Bandung, Selasa.
Baca juga: Pemkab Bekasi gelar FTBI 2023 lestarikan Bahasa Sunda
Sudah ada buktinya bukan hanya dari Jawa Barat, kata Aminudin, mulai dari bintang-bintang di rumah produksi, influencer, termasuk ada yang dianugerahi sebagai pelestari budaya.
"Itu dari Jawa Barat, ini kan prestasi ya, sehingga anak-anak muda itu akan melihat ternyata dengan berbahasa ibu pun bisa berprestasi," ucapnya.
Lebih lanjut, Aminudin mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari revitalisasi bahasa daerah yang sudah dilakukan sejak semester awal pembelajaran di sekolah, dengan materi-materi yang bisa dipilih oleh para siswa mulai dari mendongeng, sajak, hingga ngabodor (stand up comedy khas sunda) dan lainnya.
"Mereka ini adalah para pilihan, para juara dari tingkat kabupaten kota, kemudian masuk ke tingkat Jawa Barat dan nanti ada tingkat nasional begitu, maka sebagai bentuk apresiasi kita kepada mereka yang sudah berprestasi kita adakan festival tingkat provinsi ini," ucapnya.
Hal senada diungkapkan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin, yang menilai kegiatan yang juga bertujuan pengarusutamaan bahasa ibu ini, penting dilakukan untuk melestarikan dan membumikannya agar tetap eksis yang dapat dilakukan di tiga lingkungan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lebih lanjut, menurut Bey, kegiatan ini menjadi salah satu agenda penting dalam menggali dan merawat kecintaan terhadap bahasa ibu sebagai warisan budaya yang sangat berharga, sekaligus memupuk rasa bangga akan keberagaman bahasa yang ada di tanah air.
"Festival ini juga bukan sekadar ajang perlombaan bagi anak-anak di jenjang SD dan SMP, melainkan peluang untuk mengasah keterampilan berbahasa, kreativitas, dan daya imajinasi. Saya yakin setiap peserta telah menunjukkan kesungguhannya dan kerja keras yang luar biasa dalam mempersiapkan diri untuk tampil hari ini," ujar Bey.
Festival ini, kata Bey, jadi langkah inspiratif bagi pendidikan dan pembelajaran bahasa di Jawa Barat dan Banten menuju tingkat lebih baik, terlebih bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang dikuasai dan dipahami oleh seseorang saat dirinya pertama kali mengenal bahasa serta belajar bicara sejak lahir, yang berkembang melalui interaksi dengan sesama anggota keluarga ataupun masyarakat di lingkungannya. "Artinya, bahasa yang dipahami dan diucapkan pertama kali oleh seseorang itulah yang menjadi bahasa ibu orang tersebut," katanya.
Lebih luas lagi, sambung Bey, Indonesia sangat kaya akan bahasa daerah, tentunya bahasa ibu pun sangat beragam di mana, menurut Laboratorium Kebhinekaan Bahasa dan Sastra, bahasa ibu yang ada di Indonesia sebanyak 718 bahasa.
"Maka dari itu, semua pihak harus melestarikan bahasa ibu agar tidak punah. Apalagi jika jarang digunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dipedulikan serta tergeser oleh bahasa yang lebih dominan, seperti bahasa Indonesia atau bahkan bahasa asing," tuturnya.
Baca juga: Telaah - Memuliakan Bahasa Indonesia, buah warisan Sumpah Pemuda
Balai Bahasa Provinsi Jabar mencatat dalam Festival Tunas Bahasa Ibu 2023 di Jawa Barat dan Banten yang berlangsung pada 13-16 November 2023 ini diikuti 787 peserta terdiri dari 189 putra dan 192 putri siswa SD, kemudian sebanyak 203 putra dan 203 putri siswa SMP. Selain itu hadir pula 114 guru yang mendampingi.
Adapun peserta merupakan perwakilan dari 27 kabupaten/kota di Jabar dan dua kabupaten dari Provinsi Banten, yakni Pandeglang dan Lebak.
Sementara itu, terdapat 23 orang juri yang merupakan pakar, praktisi, dan akademisi di bidang bahasa dan sastra Sunda yang memberikan penilaian objektif.
Sejumlah perlombaan yang diikuti para peserta adalah lomba Ngarang Carpon (mengarang cerita pendek), Nembang Pupuh, Ngadongeng Maca Sajak serta Borangan (Ngabodor Sorangan/stand up comedy berbahasa Sunda).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Festival tunas bahasa ibu edukasi berbahasa daerah keren