Bandung (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat mencatat beberapa peristiwa alam yang terjadi di Jawa Barat menyebabkan penurunan produksi padi pada tahun 2023 menjadi 9,10 juta ton Gabah Kering Giling (GKG), dari sebelumnya 9,43 juta ton pada 2022.
Ketua Tim Statistik Distribusi BPS Provinsi Jawa Barat Dudung Supriyadi mengatakan peristiwa alam yang mempengaruhi kinerja sektor pertanian tersebut terjadi sejak awal 2023 mulai dari banjir yang merendam ribuan hektare sawah pada sekitar Maret, kemudian disusul kemarau dampak dari badai gelombang panas El Nino sejak Juni sampai sekarang yang juga memicu kegagalan panen ribuan hektare lahan pertanian.
"Karena itu, dengan ada waktu sekitar tiga bulan lagi sampai akhir 2023, potensi produksi tiga bulan ke depan, perlu dijaga agar tidak terjadi penurunan yang signifikan," tutur Dudung dalam keterangannya di Bandung, Rabu.
Dudung mengatakan bahwa produksi padi sebesar 9,10 juta ton GKG pada 2023 itu merupakan jumlah produksi padi Jawa Barat sepanjang Januari−September 2023 sebesar 7,47 juta ton GKG, ditambah potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember berdasarkan amatan fase tumbuh padi hasil Survei Kerangka Sampel Area (KSA) sebesar 1,63 juta ton GKG.
"Puncak panen padi pada 2023 selaras dengan tahun sebelumnya yaitu terjadi pada bulan Maret, dengan luas panen mencapai 231,6 ribu hektare, namun puncak panen padi pada Maret 2023 relatif lebih rendah atau turun sekitar 31,21 ribu hektare dibandingkan Maret 2022.
Sementara produksi padi terendah pada 2023 diperkirakan terjadi di bulan Desember diperkirakan 0,36 juta ton GKG," ucapnya.
Tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi tertinggi pada 2023 adalah Kabupaten Indramayu (1,41 juta ton), Kabupaten Karawang (1,09 juta ton), dan Kabupaten Subang (1,01 juta ton).