QRIS digunakan untuk membeli secangkir kopi manual brew seharga Rp15 ribu. Minuman itu merupakan menu unggulan yang disajikan pada sebuah kedai kopi bernama Kopdar.
Hadirnya QRIS di tempat wisata dinilai sebagai inovasi jitu yang memberi kemudahan bagi turis. Sebab, dengan sistem itu wisatawan cukup mengarahkan gawainya ke QR code dan dalam hitungan detik transaksi pun selesai.
Adanya konektivitas pembayaran itu menandakan bahwa kemajuan di bidang teknologi keuangan pun bisa menyentuh sampai pelosok desa.
Di tempat Aldi menyeruput secangkir kopi, terlihat seorang barista yang sedang sibuk menuangkan bubuk kopi robusta untuk segera dihidangkan kepada konsumen.
Raut wajahnya tampak serius dan tangan kanannya terus memegang tuas mesin kopi, untuk menyelesaikan proses penyeduhan minuman itu.
Barista tersebut adalah Arif Rahman (27), pemilik Kedai Kopdar di Situ Cicerem, yang sudah menggunakan QRIS sejak dua tahun terakhir.
Di kedai kopinya, hampir 60 persen pembayaran dilakukan secara digital. Menurutnya QRIS yang terintegrasi dengan Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) telah membuat proses transaksi jadi lebih cepat, efisien, dan terjamin keamanannya.
"Waktu pertama buka di sini banyak yang bertanya, bisa pakai QRIS tidak? Jadi dengan hadirnya sistem ini memudahkan untuk proses pembayaran," ujarnya.
Arif merupakan salah satu pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang tergabung dalam mitra binaan Badan Usaha Desa (Bumdes) Kaduela.
Dalam menjalankan bisnisnya di lingkungan Situ Cicerem, ia dapat meraup keuntungan Rp5 juta per bulan dari menjual kopi dan varian minuman lainnya.
Spektrum - Desa wisata pun menikmati kemudahan transaksi digital QRIS
Oleh Fathnur Rohman Selasa, 3 Oktober 2023 9:26 WIB