Jakarta (ANTARA) - Bagi para penikmat karya-karya grup musik The Beatles, maka nama Mathew Street 10 di Liverpool, Inggris Raya, tidak akan asing terdengar di telinga.
Sebab di tempat itulah berdiri sebuah klub yang turut berjasa membesarkan skena musik beat di Liverpool bernama Cavern Club. Klub itu termasyhur sebagai salah satu tempat bersejarah bagi karier The Beatles yang kali pertama tampil pada 9 Februari 1961.
Kala itu, The Beatles masih tampil dengan formasi John Lennon (gitar/vokal), Paul McCartney (gitar/vokal), George Harrison (gitar/vokal), Stuart Sutcliffe (bass/vokal), dan Pete Best (drums). Penggebuk drum Ringo Starr yang belakangan menggantikan peran Best, malah sudah lebih dulu tampil di Cavern Club bersama band Rory Storm and the Hurricanes setahun sebelumnya, yaitu pada 25 Mei 1960.
Di Cavern Club itu pula The Beatles bertemu dengan seorang pemilik toko musik dan kolumnis bernama Brian Epstein. Dia kemudian menjadi manajer band dan sisanya adalah sejarah.
Hingga kini, Mathew Street 10 dan Cavern Club menjadi bagian tak terpisahkan bagi karier bermusik The Beatles dan para penggemar yang mengenang kejayaan Paul McCartney dkk. lewat berbagai cara, salah satunya dengan berburu atribut dan pernak-pernik.
Di salah satu sudut Mathew Street, tepatnya di 41 North John Street, terdapat sebuah toko buah tangan bernama Hard Days Night Shop yang menjadi surga bagi para pencinta koleksi cenderamata berbau The Beatles. Segala macam pernak-pernik seperti t-shirt, jaket, topi, gantungan kunci, hingga compact disc album The Beatles, tersaji komplet di toko ini.
Harga yang ditawarkan pun cukup ramah bagi saldo dompet elektronik. Sepotong kaus berbahan 30S berdesain konser John Lennon di New York tahun 1972 dibanderol seharga 15 poundsterling atau setara dengan Rp290 ribu. Begitu pula kaus bertuliskan Paul McCartney and Wings yang dijual dengan harga serupa.
Rata-rata kaus di toko itu memang dipatok pada kisaran harga 15 hingga 25 poundsterling.
"Saya sangat menggemari The Beatles dan sengaja datang ke Liverpool untuk melihat Beatleweek Festival. Adanya toko cenderamata ini tentu sangat menyenangkan karena lokasinya dekat sekali dengan berbagai venue festival," kata salah seorang pelanggan toko asal Massachusetts, Amerika Serikat, bernama Paul.
Sebagai seorang pencinta The Beatles garis keras, Paul beranggapan bahwa mengunjungi toko buah tangan yang ada di kawasan Cavern merupakan salah satu aktivitas yang wajib dilakukan ketika bertandang ke Liverpool. Tak hanya bisa membeli koleksi barang-barang incaran, berada di pusat cenderamata membuat Paul juga bisa bertemu dan berbincang-bincang dengan Beatlemania, sebutan untuk para penggemar The Beatles, dari berbagai negara.
"Menyenangkan sekali bisa bertukar informasi dengan penggemar dari negara-negara lain hanya karena kami mengenakan kaus yang berdesain serupa," imbuh dia seraya tersenyum.Selain kaus, pernak-pernik lain yang menjadi incaran mayoritas pembeli adalah pin magnet lemari es dan gantungan kunci yang diberi label harga sekitar 5 hingga 7 poundsterling. Harga murah dan bentuk yang mungil membuat kedua jenis cenderamata tersebut jadi favorit para pengunjung.
"Buah tangan berukuran kecil seperti gantungan kunci atau pin sangat asyik untuk dibeli dalam jumlah banyak untuk dibawa pulang. Di sini banyak sekali pilihan, bentuknya bagus, serta keren," tutup Paul.
Tak hanya The Beatles, band-band atau musisi multi-genre juga mendapatkan tempat di Hard Days Night Shop. Toko ini menyediakan ragam pilihan kaus sejumlah band lintas-generasi di antaranya Pink Floyd, My Chemical Romance, The Cure, Nine Inch Nails, Motley Crue, Led Zeppelin, Gojira, KISS, The Who, Black Sabbath, One Direction, dan Van Halen. Selain itu, ada pula koleksi yang menampilkan profil musisi solo seperti Aretha Franklin, Ozzy Osbourne, dan David Bowie.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Keseruan berburu pernak-pernik The Beatles di Hard Night Shop