Proyek infrastruktur ini diharapkan bisa dikerjakan pada 2024 dan rampung serta beroperasi pada 2025, demi bisa mengurangi lahan-lahan pertanian yang mengalami kekeringan meski di musim kemarau.
"Pertama kami akan lakukan kajian dulu. Mudah-mudahan bisa dilaksanakan di tahun ini. Selanjutnya kami ancang DED-nya. Tahun 2024 mudah-mudahan bisa lelang dan 2025 bisa beroperasi," tuturnya.
Sebelumnya, kemarau yang melanda Indonesia menyebabkan kekeringan pada lahan persawahan di Kabupaten Bandung Barat, bahkan Waduk Saguling yang membendung aliran Sungai Citarum yang memiliki luas genangan sekitar 5.606 hektare dengan volume tampungan sebesar 875 juta m³ air, mengalami penurunan tinggi muka air sampai 15 meter.
Penurunan debit air di Saguling tersebut menyebabkan operasional PLTA Saguling secara optimal harus diatur, sementara bantaran waduk yang sudah tidak tertutup air digunakan petani untuk menanam berbagai sayuran dan palawija untuk penghidupan ekonominya karena lahan pertanian yang biasa mereka garap mengalami kekeringan.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bandung Barat mencatat lahan pertanian yang mengalami kekeringan saat ini mencapai sekitar 178 hektare yang tersebar di 13 desa di 4 kecamatan yakni Sindangkerta, Cililin, Cihampelas, dan Batujajar. Dari empat kecamatan itu, wilayah Batujajar tercatat sebagai wilayah dengan kekeringan terluas yakni 113 hektare.
Desa Cangkorah tercatat sebagai desa dengan lahan persawahan yang mengalami kekeringan terluas dibandingkan dengan seluruh desa yang ada di Bandung Barat, yakni mencapai 40 hektare.