Antarajawabarat.com,1/10 - Kopi asal perkebunan di Jawa Barat dipastikan bisa mengekspor langsung komoditas itu ke sejumlah negara tujuan ekspor kopi di dunia para 2014.
"Saat ini ekspor kopi asal Jabar masih dilakukan melalui Surabaya, Semarang atau Medan, namun para 2014 dipastikan bisa langsung mengekspor ke luar negeri. Perizinan ekpornya sedang diurus dan hampir rampung," kata Ketua DPP Asosiasi dan Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Irfan Anwar di sela-sela pelantikan BPD AEKI Jabar di Bandung, Selasa.
Dengan ekpor langsung, kata Irfan maka para petani Jabar bisa mendapatkan nilai lebih dan daya saing di pasar ekspor. Selain itu memberi gairah bagi para petani kopi di Jawa Barat untuk meningkatkan produksinya.
Irfan menyebutkan ebskpor kopi Jabar selama ini belum bisa langsung karena memerlukan perizinan ekpor yang ditangani oleh perusahaan yang memiliki kualifikasi untuk ekspor.
"Pokoknya pada 2014 mendatang Jabar akan menjadi salah satu pintu untuk ekspor kopi, itu jelas sangat positif bagi Jabar yang memiliki sejarah perkembangan kopi di Indonesia," katanya.
Lebih lanjut, Ketua DPP AEKI tersebut menyebutkan, produksi kopi di Indonesia pada 2013 ini tengah baik-baiknya. Trend peningkatan produki terjadi sejak 2010 hingga 2013 ini.
"Bersyukur setelah terkena dampak pemanasan global dan krisis pada 2008-2009, kini produksi kopi sedang bagus-bagusnya, bahkan lebih bagus dari tahun-tahun terdahulu," katanya.
Irfan menyebutkan, produksi kopi Indonesia mencapai 530 juta ton pada 2013 dengan produktifitas 2,6 ton per hektare. Namun demikian produktifitas kopi di Jawa Barat masih rendah.
Menurut Irfan produksi kopi Jawa Barat saat ini sekitar 1.500 hingga 3.000 ton per tahun, atau masih jauh dibanding dengan Lampung yang memproduksi rata-rata 3.000 ton per hari.
Selain itu luas perkebunan kopi rakyat di provinsi itu juga tidak terlalu luas, bahkan 90 persen areal perkebunan kopi di Jabar berada di lahan milik Perhutani.
Meski produksi tengah bagus-bagusnya, namun terjadi penurunan harga teh dunia yang hanya Rp25 ribu per kilogram, atau Rp30 ribu untuk kualitas ekspor.
Penyebab rendahnya harga kopi tidak lepas dari suplai dan permintaan kopi dunia yang terus bersaing ketat. Tujuan ekspor sebagian besar ke Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.
"Peluang Jabar untuk meningkatkan produksinya cukup terbuka, pasalnya Gubernur Jabar mencanangkan bantuan untuk lima juta bibit kopi yang akan disebar ke seluruh Jawa Barat," kata Irfan Anwar.
Menurut dia perluasan 8.700 hektar tanaman kopi baru di Jawa Barat dipastikan akan meningkatkan produki kopi Jawa Barat dan bersaing dengan daerah lainnya, pasalnya secara geografis areal Jabar yang berketinggian 600 mdpl cocok untuk tanaman kopi.
Sementara itu Petani Kopi dari Pangalengan, Nandang Ruhimat menyambut baik rencana Jabar untuk bisa langsung mengekspor produk kopinya ke luar negeri.
"Kami menyambut baik rencana itu dan sudah semestinya seperti itu sehingga lebih berdaya saing dan meningkat nilai tambahnya," kata Nandang Ruhimat.
Baik Irfan maupun Nandang sepakat bila penguatan pasar ekspor juga dilakukan penguatan pasar kopi di dalam negeri sehingga tidak menjadi pasar bagi kopi-kopi impor.
"Dengan adanya gairah petani kopi itu sebuah kemajuan, dan yang jelas promosi perlu terus digalakan menjadikan kopi sebagai minuman berkelas," kata Irfan Anwar menambahkan.***3***
Syarif A
2014 JABAR EKSPOR LANGSUNG KOPI
Selasa, 1 Oktober 2013 15:30 WIB