Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh pemerintah daerah (pemda) mulai mengambil langkah antisipatif terhadap daerah yang berpotensi mengalami kekeringan akibat fenomena El Nino.
“El Nino itu fenomena penyimpangan di Samudera Pasifik, perilakunya berbeda dari biasa. Sayangnya, perilakunya tidak selalu sama setiap tahun, kadang lebih hangat dari normalnya, kadang lebih dingin suhunya,” kata Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari di Jakarta, Rabu.
Supari menuturkan El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah, sehingga meningkatkan potensi pertumbuhan awan dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia yang memicu kekeringan.
Normalnya, kata dia, suhu lautan itu ada di kisaran 26-30 derajat Celsius. Dalam ilmu iklim dianggap sebagai sebuah sistem, maka ketika suhu laut berubah, atmosfernya akan berubah dan itu yang menyebabkan iklim di Indonesia berubah.
Ia mengatakan peluang El Nino mulai terjadi di Indonesia menguat menjadi 80 persen pada Juni. Karena itu semua pihak harus mengambil mengantisipasi kekeringan, terutama pemda yang potensi curah hujan dengan kategori rendah.