Beijing (ANTARA) - "Mama ... mama ..!"
Seorang bocah kecil memegang erat-erat jaket yang dikenakan ibunya tatkala tim dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing memasuki halaman sebuah rumah di pelosok desa di wilayah timur China.
Meskipun dipanggil berkali-kali, sang ibu sama sekali tak menggubrisnya karena sedang serius mendengarkan arahan dari tim yang diketuai Atase Imigrasi KBRI Beijing Raden Fitri Saptaji.
"Begitu nanti saya beri SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor), kamu harus segera pulang," kata Fitri mengingatkan.
Ucapan yang berarti perintah itu sama sekali tidak mendapatkan tanggapan dari lawan bicaranya yang mulai terusik oleh rengekan si bocah berusia 3 tahun itu.
"Kamu ngerti nggak?" tanya Fitri dengan nada bicara mulai meninggi.
Sambil mengangkat anaknya ke pangkuannya, perempuan itu menganggukkan kepala.
Mar, demikian nama panggilan perempuan berusia 25 tahun tersebut, jelas mengerti instruksi yang disampaikan Atase Imigrasi.
Tatapan matanya yang kosong menunjukkan kebimbangan yang sangat mendalam.
Suaminya, yang bekerja sebagai petani, terus menguntitnya sejak dari tempat tinggalnya hingga menuju rumah keluarga Dedeh di Desa Xinyang yang jauh dari pusat Kota Dezhou, Provinsi Shandong.