New York (ANTARA) - Harga minyak tergelincir dalam sesi yang bergejolak pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena berlanjutnya kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global melebihi pembatasan pasokan dan mendorong investor untuk mengambil untung dari kenaikan hari sebelumnya.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret yang berakhir pada Selasa (21/2), turun 18 sen atau 0,2 persen, menjadi ditutup pada 76,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Kontrak bulan kedua tergelincir 19 sen atau 0,2 persen, menjadi 76,27 dolar AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April jatuh 1,02 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi menetap pada 83,05 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Fokus di pasar keuangan yang lebih luas dengan kuat pada rilis risalah pertemuan terbaru Federal Reserve AS pada Rabu, setelah data terbaru meningkatkan risiko suku bunga tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Pergerakan harga hari ini "tampaknya lebih bersifat teknis," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group. "Sepertinya kita memudar pada saat yang sama, kekhawatiran lama bahwa dolar akan menjadi kuat dan tentang situasi suku bunga," katanya pula.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak berdenominasi dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di awal sesi, pasar menguat, dengan Brent sempat berbalik positif, setelah survei aktivitas bisnis yang lebih baik dari perkiraan di Eropa dan Inggris menunjukkan prospek ekonomi Eropa yang kurang suram daripada yang ditakuti sebelumnya.
Pada Senin (20/2), harga minyak naik lebih dari satu persen di tengah optimisme atas permintaan China yang diperkirakan para analis akan pulih tahun ini setelah pembatasan COVID-19 dihapuskan.
Harga minyak jatuh, kecemasan pertumbuhan lebihi harapan permintaan China
Rabu, 22 Februari 2023 6:00 WIB