Singkawang (ANTARA) - Festival Cap Go Meh identik dengan kemeriahan hiasan lampion, serta permainan naga dan barongsai. Tetapi ada satu yang membuatnya berbeda dan semakin menarik, bahkan unik, ketika perayaan Cap Go Meh di Singkawang, yakni sejumlah tatung atau dukun (lauya) yang kerasukan roh leluhur muncul dalam perayaan itu.
Cap Go Meh dirayakan warga etnis Tionghoa di sejumlah wilayah Indonesia. Pesta ini disambut meriah dengan berbagai kegiatan dan melibatkan banyak orang. Masyarakat bukan dari etnis Tionghoa pun antusias menyaksikan perayaan ini.
Apalagi pada Tahun Baru Imlek 2023 atau 2574 Kongzili kali ini, dirayakan sangat meriah, karena Pemerintah telah mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di seluruh wilayah Indonesia sejak 30 Desember 2022.
Sejumlah daerah di Indonesia yang banyak terdapat warga etnis Tionghoa, merayakan Cap Go Meh dengan penuh suka cita dan besar-besaran, salah satu di antaranya adalah di Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar).
Tokoh masyarakat Tionghoa Kalbar, XF Asali, dalam bukunya yang berjudul Aneka Budaya Tionghoa Kalimantan Barat, menjelaskan Cap Go Meh berasal dari kata dialek Hokkien/Tio Ciu. Kata "Cap go" berarti lima belas dan kata "Meh" berarti malam. Sehingga Cap Go Meh artinya malam ke lima belas.
Di Tiongkok, negeri leluhur etnis Tionghoa Indonesia, menyebutnya sebagai perayaan Yuan Shiau Ciek yakni festival malam bulan satu.
Saat masa Dinasti Tung Han, Kaisar Liu Chang (Han Min Tie) merayakan festival ini untuk menghormati Sang Budha Sakyamuni yang menampakkan diri pada tanggal 30, bulan 12 Imlek di daratan barat. Kemudian ditafsirkan sama dengan tanggal 15 bulan 1 Imlek di daratan Timur.
Kaisar memerintahkan rakyatnya agar sembahyang syukuran, arak-arakan, memasang lampion, atraksi kesenian rakyat seramai mungkin pada malam hari tersebut.
Kegiatan itu berlanjut secara turun-temurun sampai sekarang. Kegiatan ini masih diperingati etnis Tionghoa di Indonesia yang menganut Sam Kaw atau Tri Dharma sebagai hari raya religius umat Taoisme, Budha, dan Kong Hu Cu. Sedangkan untuk etnis Tionghoa lainnya, dirayakan sebagai hari raya tradisi budaya Yuan Shiau Ciek atau Cap Go Meh.