Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat berpotensi menguat dibayangi berkurangnya peluang resesi di Amerika Serikat (AS).
Rupiah pada Jumat pagi dibuka tertekan 28 poin atau 0,18 persen ke posisi Rp14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.948 per dolar AS.
"Rupiah masih berpotensi menguat terhadap dolar AS pada hari ini karena sentimen positif pasar terhadap aset berisiko setelah data PDB AS kuartal IV mengindikasikan potensi resesi berkurang di AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.
Data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal IV-2022 menunjukkan pertumbuhan 2,9 persen, lebih tinggi dari ekspektasi 2,6 persen.
Ariston menuturkan indikasi potensi resesi tidak seburuk yang diperkirakan sebelumnya juga sudah disampaikan oleh kepala Dana Moneter Internasional (IMF) di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos, Swiss, pekan lalu.
Ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga acuan AS yang hanya 25 basis poin (bps) pada rapat bank sentral AS, The Fed, di Februari 2023, juga masih menjaga potensi penguatan rupiah.
Pedagang secara luas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada Rabu depan (1/2), turun dari kenaikan 50 bps pada Desember 2022.
Ariston memproyeksikan potensi penguatan rupiah ke arah Rp14.880 per dolar AS, dengan resisten di kisaran Rp15.000 per dolar AS.