Cirebon (ANTARA) - Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tak mempermasalahkan pemerintah melakukan impor beras, asalkan tidak berbarengan pada saat panen raya, karena dapat dipastikan mempengaruhi harga.
"Kalau sekarang impor beras itu tidak menjadi masalah, karena memang baru masuk masa tanam," kata Wakil Ketua KTNA Kabupaten Indramayu Sutatang di Indramayu, Jumat.
Sutatang mengatakan impor beras saat ini kalau memang diperlukan untuk cadangan beras nasional dirasakan tepat, karena banyak daerah baru masuk masa tanam, sehingga memang sulit mendapatkan beras dengan harga sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP).
Namun, lanjut Sutatang, pemerintah juga harus bijak, ketika masuk masa panen raya di bulan Maret atau April, jangan sampai melakukan impor beras, karena akan sangat berpengaruh kepada harga beras di pasaran.
Menurutnya, di Kabupaten Indramayu saat ini masih tersimpan banyak gabah di gudang warga, karena mereka mengincar harga tinggi, bahkan per desa bisa mencapai 50 ton, sedangkan di Indramayu terdapat 300 desa.
"Jangan sampai ketika masuk masa panen raya pemerintah impor beras, karena bisa menjatuhkan harga di tingkat petani," tuturnya.
Sutatang berharap, HPP gabah bisa dinaikkan lagi, karena harga saat ini sangat rendah sehingga petani lebih memilih menjual berasnya ke para tengkulak dibandingkan ke pemerintah atau Bulog.
"Harga pembelian pemerintah sangat rendah, jadi kami lebih memilih menjual ke tengkulak, mengingat semua kebutuhan produksi terus merangkak naik," kata Sutatang.
Sementara itu, Pimpinan Kantor Cabang Bulog Kabupaten Indramayu Dandy Arianto menyatakan pihaknya memiliki stok beras sebanyak 20 ribu ton, dan dipastikan kebutuhan pangan aman tiga bulan ke depan atau hingga Maret tahun 2023.
Selain itu lanjut Dandy, rata-rata masyarakat Indramayu yang kebanyakan merupakan petani, menjadikan stok beras tersebut dapat lebih panjang, karena biasanya petani akan menyimpan hasil panen mereka untuk dikonsumsi sendiri.
Menurutnya kebutuhan beras konsumsi rata-rata per bulan di Kabupaten Indramayu, mencapai 500 ton, dan itu dapat tercukupi dengan baik, mengingat daerah tersebut juga merupakan salah satu lumbung padi nasional.
"Rata-rata per bulan kami bisa mengeluarkan 500 ton, dan itu merupakan beras medium, karena kami menyediakan untuk beras tersebut," ujar Dandy.
KTNA Indramayu tak permasalahkan impor asal tidak berbarengan panen raya
Sabtu, 17 Desember 2022 11:27 WIB