Dia juga menilai kesetaraan antarnegara belum terwujud di PBB, seperti soal iuran negara ke PBB yang pernah Megawati tanyakan langsung kepada sekretaris jenderal PBB. Jawaban yang didapat, menurut Megawati, negara besar praktis memberikan bantuan lebih besar, sehingga tentu wewenang negara besar seakan-akan lebih besar.
"Jadi, negara besar praktis itu yang memberikan bantuan yang lebih besar. Nah, yang lain tentu seperti apa jadinya, seperti tidak ada kesamaan, tidak ada kesetaraan," katanya.
Soekarno, kata Megawati, juga menegaskan bahwa masa depan dunia tidak boleh ditentukan oleh negara yang memiliki hak veto di PBB. Setiap bangsa seharusnya mendapat kehormatan yang sama.
"Berbagai perubahan fundamental atas lembaga dunia PBB tersebut sangat diperlukan karena Perserikatan Bangsa-Bangsa dinilai sudah tidak mampu meredam konflik. Padahal kan sebenarnya kalau bisa yang memutuskan itu, PBB," katanya.
Megawati juga mengaku pernah berdialog dengan Presiden ke-43 Amerika Serikat George W. Bush, yang saat itu mengatakan akan menyerang Irak dengan cara kilat. Dia merespons bahwa AS seharusnya mendapatkan izin dari PBB dan mempertanyakan maksud serangan kilat oleh AS ke Irak.
"Yang namanya kilat itu apa ya kalau dari strategi militer? Itu yang saya tanya. Satu jamkah, satu harikah, seminggukah, sebulankah? Jadi, kata Presiden George Bush pada saya, katanya begini, kamu itu kok pintar ya Mega. Saya diam saja, terus saya tanya, kok kamu bilang begitu?" kata Megawati.
"Saya kan mesti tahu dong, ini juga karena saya harus juga berbicara mengenai Pancasila dan juga dengan Dasa Sila Bandung-nya, karena saya berkewajiban sebagai presiden Republik Indonesia (saat itu), karena saya tidak setuju bahwa sebuah negara akan melakukan sebuah penyerangan. Tapi kan pada keadaannya, ternyata waktu itu beliau agak sedikit marah, dia bilang begini, kamu selalu bela Saddam Husein?. Saya nggak bela Saddam Husein, saya bela rakyat Irak, yang pasti apa pun juga kan menderita. Jadi, kalau kamu berpikir bahwa kamu nggak cocok dengan Saddam Husein, sudahkah ada ahli Islam-mu yang harusnya menerangkan, Saddam Husein itu siapa? Saya bilang begitu; tapi akhirnya tetap saja toh (Irak) diserang (AS)," cerita Megawati.
Oleh karena itu, Megawati menilai wajar jika PBB dianggap tidak bisa lagi meredam konflik, terlebih dengan meningkatnya teknologi termasuk sebagai ancaman senjata pemusnah.
KAA dan Dasa Sila Bandung jadi piagam kemerdekaan, kata Megawati
Senin, 7 November 2022 13:01 WIB