Dalam proses belajar, siswa harus memanfaatkan pengetahuan tentang kemampuan diri mereka sendiri sebagai pembelajar dan memanfaatkan pengetahuan tentang tugas-tugas dalam belajar. Selain itu, mereka harus memahami tentang strategi yang tepat untuk digunakan dalam konteks tertentu dalam mengembangkan pengetahuan antara (interface) yang menghubungkan apa yang telah mereka miliki dengan apa yang ingin dikuasainya dalam suasana lingkungan belajarnya.
Language Learner Autonomy (LLA)
Prof. Dr. Nenden Sri Lengkanawati, M.Pd menjelaskan bahwa konsep strategi pembelajaran dan otonomi pembelajar muncul sebagai salah satu respon terhadap tantangan dan perubahan yang muncul dalam bidang pendidikan. Baik strategi pembelajaran maupun otonomi pembelajar adalah atribut pembelajar dalam konteks belajar itu sendiri. Kesadaran peserta didik tentang strategi belajarnya dan pemanfaatan strategi tersebut dapat menyebabkan dan atau memperkuat kemandirian pembelajar itu sendiri, yang kemudian mengambil kendali lebih besar dari proses pembelajaran mereka sendiri. Selanjutnya, penggunaan teknologi dalam mengembangkan strategi pembelajaran dan otonomi pembelajar juga merupakan kunci pembelajaran di abad 21 ini.
Lebih lanjut menjelaskan dalam berbagai karyanya bahwa LLA dimakna sebagai konsep yang amat penting dalam pembelajaran bahasa. Bila dicermati Kurikulum Nasional 2013 menyiratkan bahwa otonomi peserta didik adalah dasar untuk proses belajar mengajar, tetapi studi empiris tentang LA yang telah dilakukan di sekolah-sekolah nasional relatif sedikit. Oleh karena itu, saya memfokuskan kajian dengan melibatkan guru guru di berbagai sekolah menengah (dan beberapa sekolah dasar). Temuannya mengungkapkan perbedaan pendapat yang cukup besar di antara para guru dalam berbagai isu yang dicakup oleh survei. Isu-isu ini dibahas dalam sesi lokakarya pengembangan profesional yang diadakan selama dua hari. Secara umum, sementara para peserta pada prinsipnya cenderung menyukai LA. Mereka menunjukkan beberapa kendala serius dalam implementasinya dalam konteks khusus mereka sendiri.
Menurutnya istilah ini digunakan untuk menandakan belajar tanpa guru, tetapi penggunaan yang lebih luas dari LA ini mengacu pada siapa yang membuat keputusan utama tentang belajar dan mengajar – pelajar atau orang lain. Agar pembelajaran tanpa guru menjadi 'otonom', misalnya, keputusan untuk melakukan tanpa guru harus, pada prinsipnya, dibuat oleh pelajar itu sendiri, yang mungkin juga memilih pelatihan yang diajarkan atau diinstruksikan.
Dalam praktiknya, keputusan awal untuk berpartisipasi atau terlibat dalam studi bahasa seringkali tidak dibuat oleh pembelajar, terutama bagi pembelajar bahasa Inggris pemula. Dalam beberapa kasus, siswa sekolah dan universitas memilih untuk belajar bahasa asing meskipun setelah membuat keputusan ini, pilihan mereka menjadi terbatas. Untuk pembelajar dewasa, pembelajaran bahasa asing sering kali merupakan upaya untuk pengembangan diri atau kesenangan. Oleh karena itu, kondisi yang mendasari locus of control dalam pembelajaran bahasa sangat bervariasi.