PTDI dan Angkatan Tentara Malaysia jajaki peluang bisnis
Rabu, 22 Juni 2022 19:46 WIB
Pada tanggal 17 Juni 2022, PTDI telah menyelesaikan dan melakukan terbang kirim (ferry flight) satu unit Pesawat CN235-220 Maritime Surveillance Aircraft (MSA).
Sedangkan, sisa dua unit lainnya direncanakan akan dikirimkan pada bulan Juli dan September 2022.
"Kami ucapkan terima kasih atas inisiasi dan dukungan dari Panglima Angkatan Tentera Malaysia pada Program Maritime Security Initiative (MSI) yakni modifikasi 3 unit pesawat CN235 milik TUDM menjadi Maritime Surveillance Aircraft (MSA). Saat ini, pesawat ke-1 dengan No. Registrasi M44-03 telah berhasil kami delivery pada tanggal 17 Juni 2022," kata Gita Amperiawan.
PTDI berkomitmen untuk terus mendukung seluruh pesawat CN235-220M TUDM di masa yang akan datang, termasuk dukungan untuk keberlanjutan pesawat MSI, melalui Program Follow On Support yang mencakup training, dukungan spare part & repair, technical assistance, services dan updated technical publication.
Baca juga: PTDI serahkan dua helikopter Bell pesanan Kemenhan
Baca juga: PTDI serahkan dua helikopter Bell pesanan Kemenhan
Hingga saat ini, PTDI sudah membangun Integrated Display (Glass Cockpit) pada 15 unit pesawat CN235, di mana satu unit diantaranya adalah Full Glass Cockpit pada pesawat CN235 NextG serial number N70 milik TNI AL.
PTDI bekerja sama dengan Integrated Surveillance and Defense, Inc (ISD) yang berkantor pusat di Wilsonville, Oregon, Amerika Serikat dalam menyediakan dan integrasi Mission Management Systems (MMS) untuk tiga unit pesawat CN235-220 milik TUDM.
Perangkat Mission Management Systems yang akan dipasangkan pada CN235-220 MSA milik TUDM diantaranya FLIR (Forward Looking Infra Red) yaitu kamera yang dilengkapi dengan Infrared untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target serta mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
Belly Radome di mana dipasangkan Radar Dome di bagian bawah atau di bagian perut untuk menyimpan 360° Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM (Nautical Mile) dan Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal, sehingga dapat diperoleh posisi objek yang mencurigakan.